Mengenai Saya

Foto saya
seorang pendosa yang 100% ingin rutin menghamba kpd Alloh,dan semoga dibisakan RUTINITAS melaksanakan hak-haknya Alloh.amin

ASSALAMUALAIKUM wr wb

WELCOME,SELAMAT DATANG,SUGENG RAWUH.


MONGGO.........SILAHKAN...





TANYA JAWAB


Tanya

“Apakah Sholawat Wahidiyah itu……?”

Jawab

Sholawat Wahidiyah adalah seluruh rangkaian do’a-do’a Sholawat yang tertulis didalam lembaran Sholawat Wahidiyah, termasuk cara-cara dan adab-adab pengamalannya, bacaan-bacaan dan segala isi kandungan yang terdapat didalamnya, termasuk bacaan surat Al-Fatihah penutup.

Tanya

“Apa faidah Sholawat Wahidiyah”…….?

Jawab

Sholawat Wahidiyah berfaidah antara lain dan terutama untuk menjernihkan hati, menenangkan batin dan menentramkan jiwa serta meningkatkan daya ingat sadar / ma’rifat kepada Alloh SWT Tuhan Yang Maha Esa Wa Rosulihi SAW”.

Tanya

“Bagaimana bacaan Sholawat Wahidiyah”……..?

Jawab

Bacaan Sholawat Wahidyah adalah meliputi bacaan Fatihah dan Sholawat atas Nabi SAW serta do’a-do’a yang menjadi rangkaian amalan Sholawat Wahidiyah dengan bilangan yang sesuai dengan lembaran Sholawat Wahidiyah.
Tanya

“Bagaiamana tata cara pengamalan Sholawat Wahidiyah………?”

Jawab

Tata cara pengamalannya;

1. Harus niat semata-mata mengabdikan diri (beribadah) kepada Alloh SWT dengan ikhlas tanpa pamrih, serta memuliakan dan mencintai Nabi Besar Muhammad SAW. Maka supaya merasa benar-benar berada di hadapan Beliau SAW (istihdlor), dengan adab sepenuh hati, Ta’dzim (memuliakan) mahabah (mencintai) semurni-murninya.

2. Diamalkan selama 40 (empat puluh) hari berturut-turut. Setiap hari sedikitnya menurut bilangan yang tertulis diatas dalam sekali duduk (satu kali kesempatan). Boleh di pagi, sore, atau malam hari. Boleh juga selama 7 (tujuh) hari berturut-turut, namun bilangannya dilipatkan sepuluh kali. Setelah selesai 40 atau 7 hari, pengamalannya supaya diteruskan. Bilangannya bisa dikurangi sebagian atau seluruhnya, namun lebih utama jika diperbanyak. Boleh diamalkan secara perorangan, namun berjama’ah bersama keluarga dan masyarakat sekampung sangat dianjurkan. Wanita yang sedang udzur bulanan cukup membaca Sholawatnya saja tanpa membaca fatihah. Demikian juga FAFIRRU ILALLOH dan WAQULJA…..” boleh dibaca, karena yang dimaksud disini adalah sebagai do’a (berniat membaca do’a).

3. Yang belum bisa membaca SHOLAWAT WAHIDIYAH secara keseluruhan, boleh membaca bagaian-bagian mana yang sudah bisa dibaca lebih dahulu. Misalnya; membaca fatihah saja, atau membaca YAA SAYYIDII YAA ROSULALLOH yang diulang berkali-kali selama kira-kira sama waktunya jika mengamalkan Sholawat Wahidiyah secara lengkap, yaitu lebih kurang 30 menit. Kalaupun belum mungkin boleh hanya berdiam saja selama waktu yang sama, dengan memusatkan hati dan perhatian (berkonsentrasi) kepada Alloh SWT dan memuliakan serta menyatakan rasa cinta semurni-murninya dengan merasa istihdlor di hadapan Junjungan kita Rosululloh SAW.

Tanya

“Apa dasar pengamalan Sholawat Wahidiyah selama 40 atau 7 hari….?”

Jawab

Batasan 40 atau 7 hari pengamalan Sholawat Wahidiyah adalah mengikuti / itba’ kepada beliau Rosul SAW dalam tachanus (beraudensi) dalam gua Qiro’ selama 40 hari. Dan dalam kitab Shoheh Bukhori juz 4 disebutkan bahwasannya paling sedikitnya kholwah (audensi) yang pertama adalah 3 hari, kemudian 7 hari, kemudian 1 bulan sesuai dengan jejak nabi SAW. Adapun 40 hari adalah keseluruhan hari yang dicapai Nabi SAW dalam gua Qiro’.

Nabi SAW bersabda :

“Tidak ada seorang hamba yang ikhlas mengerjakan amal karena Alloh selama 40 hari kecuali akan muncul pancaran nur-nur hikmah dari hati sampai ke lisannya”. (HR. Ibnul Addy dan Ibnul Juuzy dari Abi Musa Al-Asyary).

“Kesempurnaan ribad (pertalian/persambungan) itu selama 40 hari”.

Alloh berfirman :

“Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberi Taurat) sesudah berlaku waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam”. (Al-A’rof 142).

Tanya

“Apakah Sholawat Wahidiyah boleh diamalkan oleh siapa saja……?”

Jawab

Sholawat Wahidiyah dan ajarannya boleh diamalkan oleh siapa saja; baik laki-laki, perempuan, tua, muda dan sebagainya. Karena Sholawat Wahidiyah dan ajarannya telah diijazahkan secara umum dan mutlak oleh muallifnya (penyusun) yaitu Al Mukarrom Romo Kyahi Hajji Abdoel Madjid Ma’roef untuk diamalkan oleh siapa saja tanpa pandang bulu dan golongan. Maka barangsiapa yang telah mendapatkan Sholawat Wahidiyah dari manapun, boleh diamalkannya, bahkan sangat dianjurkan untuk disebar luaskan kepada masyarakat luas tanpa pandang bulu dengan ikhlas tanpa pamrih dan dengan bijaksana.

Tanya

“Apakah Sholawat Wahidiyah itu mempunyai sanad mutasil sebagaimana Thoriqoh Mu’tabaroh yang ada gurunya dari ahli silsilah…..?”

Jawab

Sesungguhnya Sholawat atas Nabi SAW dengan shiqot (bentuk) apapun adalah bisa sampai kepada Alloh SWT tanpa melalui guru dan sanad. Karena Sholawat itu langsung dihaturkan kepada Beliau Nabi SAW tanpa melalui perantara. Maka orang yang membaca Sholawat Wahidiyah tidak membutuhkan tawasul kepada selain Nabi SAW. Berbeda dengan selain Sholawat; seperti beberapa dzikir. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Syeh Ahmad As-Showi dalam kitab Hasyiyah Tafsir jalalain juz 2, hal 123, bab Al-Ahzab berbunyi :

“Secara umum Sholawat atas Nabi SAW itu sampai lansung kepada Alloh SWT tanpa melalui seorang guru, karena Syeh (guru) dan sanad di dalam Sholawat adalah pemilik Sholawat itu sendiri (Nabi SAW), dan Sholawat itu dihaturkan lansung dihadapan Beliau SAW dan Alloh membalas Sholawat pula kepada orang yang membacanya. Berbeda dengan selain Sholawat; seperti beberapa dzikir, maka wajib di dalam dzikir itu ada seorang guru yang Arif Billah, dan apabila tidak ada gurunya, maka gurunya adalah Syaithon dan dzikirnya tidak membawa manfa’at”.

Tanya

“Apakah ada dalil khusus yang berkaitan dengan Sholawat Wahidiyah…..?”

Jawab

Tidak ada di dalam Al-Qur’an dan semua hadist ma’na mutlak Sholawat atas Nabi SAW. Maka membaca Sholawat kepada Rosul SAW dengan do’a Sholawat yang mana saja mutlak diterima; baik Sholawat yang waridah dari Nabi sendiri (yaitu yang disebut Sholawat ma’tsuroh), maupun yang susunan redaksinya dicipta oleh para Ulama (yaitu Sholawat yang disebut Sholawat ghoiru Ma’tsuroh). Misalnya: Sholawat Nariyah,Sholawat Munjiyat, Sholawat badar, dan termasuk pula Sholawat Wahidiyah. Sebab perintah membaca Sholawat-Salam yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadist Nabi SAW yang berbunyi :

ياايها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما (الاحزاب)

وفى الخبر: من صلى علي صلاة صلى الله عليه عشرا (رواه مسلم)

Para ahli Tafsir dan para Ulama yang lain belum pernah membuat ketentuan bahwa hanya Sholawat ma’tsuroh saja yang harus dibaca. Oleh sebab itu barangsiapa yang membaca Sholawat atas nabi SAW dengan shigot (bentuk) sholawat apa saja, ia benar-benar menghasilkan kebaikan yang agung dan berhak mendapat balasan yang dijanjikan sebagaimana dalam hadist Nabi SAW.

Adapun perbedaan Sholawat Wahidiyah dengan Sholawat- Sholawat yang lain, ialah: bahwa Sholawat Wahidiyah disertai ajaran tauhid dan ma’rifat dengan cara yang praktis dan positif.

Tanya

“Apakah Sholawat Wahidiyah mempunyai ajaran sendiri..…?”

Jawab

TIDAK..!. Karena yang dimaksud ajaran Wahidiyah adalah bimbingan praktis lahiriyah dan batiniyah didalam mengamalkan dan menerapkan tuntunan Rosululloh SAW mencakup bidang Syari’at dan Haqiqoh meliputi iman, pelaksanaan islam, perwujudan ihsan dan pembentukan Akhlaqul Karimah.

Adapun rumusan pokok-pokok bimbingan ajaran Wahidiyah yaitu :

1. Lillah Billah.

2. Lirrosul Birrosul.

3. Yu’ti Kulla Dzi Haqqin Haqqoh.

4. Taqdimul Aham Fal Aham tsumal Anfa’ Fal Anfa’.

Dan ajaran ini ajaran yang berdasarkan Qur’an, Hadist SAW serta Ijma’ para Ulama’ Salafus Sholihin.

LILLAH artinya: segala perbuatan apa saja lahir maupun batin; baik yang hubungan langsung kepada Alloh Wa Rosulihi SAW, maupun yang hubungan di dalam masyarakat, bahkan dalam hubungan dengan sesama makhluk, baik kedudukan hukumnya wajib, sunah atau mubah, asal bukan perbuatan yang tidak diridloi Alloh, bukan perbuatan yang merugikan, melaksanakannya supaya disertai niat beribadah mengabdikan diri kepada Alloh dengan ikhlas tanpa pamrih !. Lillahi Ta’ala. Baik pamrih ukhrowi, lebih-lebih pamrih duniawi.

BILLAH artinya dalam segala kehidupan, gerak gerik kita atau perbuatan atau tindakan apa saja lahir batin, dimanapun dan kapanpun, supaya dalam hati senantiasa merasa bahwa yang menciptakan dan menitahkan serta menggerakkan itu semua adalah Alloh Maha pencipta. Jangan sekali-kali mengaku atau merasa bahwa kita mempunyai kemampuan sendiri.

Ini mutlak, dalam segala hal supaya merasa begitu. Baik dalam keadaan ta’at maupun ketika ma’siat, harus merasa Billah !. tanpa kecuali !. ini harus kita sadari !. karena sifat ma’ani dan ma’nawi adalah sifat wajib bagi Alloh dan muchal –tidak mungkin- bagi makhluk. Alloh berdiri sendiri, tidak membutuhkan dzat yang mendirikan, dan segala sesuatu selain Alloh adalah qooimun (berdiri) dengan Alloh (Billah). Maka tidak ada sesuatu di dalam wujud ini yang berdiri dengan dirinya sendiri kecuali hanya Alloh yang punya sifat Al-Chayyu Al-Qoyyum, berdiri dengan Dzat-Nya sendiri. Segala sesuatu yang hadist (baru) di alam semesta ini adalah perbuatan dan ciptaan Alloh. Tidak ada pencipta dan pembuat perkara baru kecuali hanya Alloh.

Lirrosul yaitu niat ta’at dan mengikuti tuntunan Rosul SAW. Asal, bukan perbuatan yang tidak diridloi Alloh, bukan perbuatan yang merugikan.

Pengertian mengikuti itu ada dua. Pertama, mengikuti aqwaal (ucapan). Kedua, mengikuti af’al (perbuatan). Mengikuti ucapan adalah mengikuti apa yang diperintahkan matbu’ (orang yang diikuti) meliputi; perintah, larangan dan tarqib (motivasi/dorongan). Sedangkan mengikuti amal perbuatan adalah mengikuti semua amal-amal dan tatakrama Nabi SAW, selain perkara yang sudah menjadi sifat khusu Nabi SAW menurut ketetapan dalil, maka pada perkara khusus itu tidak ada perintah mengikuti.

Adapun mengikuti pada perintah ada tiga; Wajib, sunah dan jawaz. Mengikuti perintah wajib adalah mengerjakan semua kewajiban seperti; sholat lima waktu dan menjauhi semua larangan yang diharamkan seperti; minum khomer. Sedangkan mengikuti perintah sunah adalah mengerjakan perkara yang disunahkan seperti; sholat sunah sesudah sholat fardhu serta menjauhi perkara yang dimakruhkan seperti; meninggalkan perkara-perkara yang disunahkan dalam sholat. Adapun mengikuti perintah jawaz (boleh dikerjakan, boleh tidak) adalah mengerjakan semua perkara yang diperbolehkan seperti; makan dan minum.

Adapun mengikuti meninggalkan larangan ada dua; haram dan makruh. Mengikuti meninggalkan larangan haram seperti; zina dan minu khomer. Mengikuti meninggalkan larangan makruh seperti; makan dan minum sambil berdiri.

Sedangkan mengikuti pada tarqib (motivasi/dorongan) terbagi dua; yaitu dorongan dalam melakukan keta’atan dan dorongan dalam meninggalkan ma’siat. Adapun mengikuti dorongan kata’atan seperti; senang dengan pahala, surga dan menambah nilai ta’at. Sedangkan mengikuti dorongan meninggalkan ma’siat seperti; menyadari adanya ancaman dan siksa atas perbuatan ma’siat.

Semua perbuatan mengikuti tersebut diatas bisa bernilai ibadah apabila ada niat mengikuti tuntunan Rosul SAW. Dan apabila tidak ada niat seperti itu, maka tidak akan bernilai ibadah, meskipun ada amal yang terkadang dinilai syah tanpa niat seperti; adzan dan membaca Al-Qur’an sebagaimana syahnya meninggalkan ma’siat tanpa niat, namun semua itu tidak bernilai ibadah dan tanpa pahala.

BIRROSUL adalah penyaksian amal perbuatan yang diridloi Alloh dan Rosul-Nya serta menyadari semua ni’mat lahir batin yang dirasakan; baik ni’mat beragama, ni’mat di dunia maupun di akhirat adalah sebab perantaraan, syafa’at dan bimbingan Rosul SAW. Maka disamping penerapan Billah seperti diatas harus menerapkan Birrosul. Akan tetapi tidak mutlak dan menyeluruh seperti Billah. Melainkan terbatas dalam so’al-so’al yang tidak dilarang oleh Alloh dan Rosul-Nya. Jadi dalam segala hal apapun, segala gerak gerik kita lahir batin, asal bukan hal yang dilarang, disamping sadar Billah kita supaya merasa bahwa semuanya itu mendapat jasa dari Rosul SAW.

Yu’ti Kulla Dzi Haqqin Haqqoh adalah memenuhi segala macam kewajiban yang menjadi kewajiban dan tanggung jawabnya tanpa menuntut hak, atau memberikan hak kepada yang mempunyai hak yang sudah menjadi kewajibannya. Dan ini yang dinamakan adil, karena adil meurut Imam Qhozali adalah “memberikan hak kepada yang mempunyai hak”.

Taqdimul Aham Fal Aham Tsummal Anfa’ Fal Anfa’ adalah mendahulukan yang paling penting, kemudian yang paling besar manfa’atnya. Ketika memberikan hak-hak yang tidak mungkin bisa dilakukan bersamaan, maka hendaknya mendahulukan yang lebih aham (lebih penting). Jika sama-sama pentingnya, maka didahulukan yang lebih banyak manfa’atnya; yaitu manfa’at menurut Alloh, Rosul SAW, manusia dan seluruh makhluk; manfa’at agama, dunia maupun akhirat.




Rabu, 29 Juni 2011

Ajaran Wahidiyah



Bismillahir Rahmaanir Rahiim
Tujuan pokok perjuangan Wahidiyah adalah mengajak ummat masyarakat untuk segera kembali sadar dan mengabdikan diri kepada Alloh Subhanahu Wata’ala dengan mengikuti dan menyadari kepada Junjungan kita Rosululloh Shollalloohu ‘alaihi wasallam syar’an wahaqiqotan, zhohiron wabathinan. Hal ini sesuai dengan yang senantiasa dikumandangkan suatu panggilan “FAFIRRUU ILALLOOH” (Larilah kembali kepada Alloh).

Ajakan tersebut tidak hanya dengan bentuk ajakan yang bersifat informatif seperti hanya penyampaian amalan, ajaran atau bimbingan saja, akan tetapi juga dengan bentuk pembimbingan praktis. Misalnya tekanan-tekanan tentang penerepan ikhlash LILLAH, iman / tauhid BILLAH, ittiba’ kepada Rosululloh Shollalloohu ‘alaihi wasallam (LIRROSUL), dan kepercayaan serta rasa penerimaan jasa dari Beliau Shollalloohu ‘alaihi wasallam (BIRROSUL) sangat diperhatikan. Tekanan terhadap penerapan tauhid BILLAH di sini tidak berarti memberi kelonggaran dalam pelaksanaan syari’at atau amaliah lahiriah. Karena penerapan LILLAH, LIRROSUL dan seterusnya adalah pelaksanaan syari’at. Sangat tidak dibenarkan dalam Ajaran Wahidiyah seseorang yang beranggapan bahwa jika sudah menerapkan BILLAH (haqiqat) diperbolehkan meninggalkan syari’at.

Ajaran Wahidiyah bukan merupakan ajaran atau aliran baru yang menyimpang dari ajaran Islam; melainkan berupa bimbingan praktis yang dirumuskan dari Al-Qur’an dan Al-Hadits dalam melaksanakan tuntunan Rosululloh Shollalloohu 'alaihi wasallam. Meliputi bidang Iman, bidang Islam dan bidang Ihsan. Mencakup segi syari’ah, segi haqiqah dan segi akhlaq.

Sebelum kita membahas satu persatu pengertian dan bagaimana penerapan AJARAN WAHIDIYAH, marilah kita renungkan dan kita fikirkan lebih dahulu tentang fungsi manusia dihidupkan oleh ALLOH Subhanahu Wata’ala di dunia ini.
Kita perhatikan firman ALLOH Subhanahu Wata’ala : Artinya kurang lebih : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat : “Sesungguhnya AKU hendak menjadikan kholifah di muka bumi” (2- Al Baqoroh : 30)
Yang dimaksud “Kholifah” adalah Nabi Adam ‘Alaihissalam yang menurunkan seluruh ummat manusia. Jadi setiap manusia, sebagai keturunan Nabi Adam ‘Alaihissalam dengan sendirinya sebagai ahli warisnya dan sekaligus menjadi Kholifah ALLOH di muka bumi. Secara Adami berarti setiap manusia mempunyai tugas kewajiban dan tanggung jawab menjalankan kekholifahan. Sebagai Kholifah ALLOH di bumi ummat manusia diberi tugas mengatur kehidupan dunia ini agar menjadi kehidupan yang baik dan benar yang diridloi ALLOH Subhanahu Wata’ala
Di dalam menjalankan fungsinya sebagai Kholifah ALLOH di muka bumi, manusia tidak bebas begitu saja tanpa arah, melainkan harus mengikuti haluan garis besar dan tujuan pokok yang harus dituju. Antara lain seperti yang telah ditetapkan di dalam Al-Qur’an Surat no. 51 Adz- Dzaariaat Ayat 56 : Artinya kurang lebih : “Dan tiada AKU menciptakan jin dan manusia melain-kan agar supaya mereka beribadah mengabdikan diri kepada-KU” (51-Adz Dzaariyat : 56)

Jadi segala perbuatan dan tingkah laku manusia dalam segala keadaan, situasi dan kondisi yang bagaimanapun, hidup di dunia ini harus diarahkan untuk pengabdian diri (beribadah) kepada ALLOH Subhanahu Wata’ala semata-mata karena ALLOH (LILLAH) sebagai pelaksanaan tugas “LIYA’BUDUUNI”.
Shahabat Ibnu Abbas Radliyallohu ‘anhuma seorang mufassir Al Qur’an yang terkenal sejak zaman Rosululloh Shollalloohu 'alaihi wasallam, menafsirkan kalimat “Liya’buduuni” dalam ayat tersebut dengan “Liya’rifuuni”. Artinya agar supaya jin dan manusia ma’rifat, mengenal atau sadar kepada-KU (ALLOH). Menurut Syekh Al-Kalabi disebutkan dalam Tafsir Al-Qurthubi, “Liya’buduni” ditafsiri “Liyuwahhiduuni”. Artinya agar men-tauhid-kan (memahaesakan)_AKU. Dua penafsiran tersebut ada keterkaitan satu dengan yang lain. Untuk men-tauhid-kan Alloh Subhanahu Wata’ala harus mengenal-NYA lebih dulu. Mana mungkin seseorang men-tauhid-kan Alloh Subhanahu Wata’ala sebelum mengenal-NYA. Jadi segala hidup dan kehidupan manusia (dan jin) menurut tafsir ini harus sepenuhnya diarahkan atau sebagai sarana untuk ma’rifat atau mengenal ALLOH Subhanahu Wata’ala Sang Maha Pencipta sampai bisa menyadari, meyakini dan mengi’tikadkan dalam hati bahwa segala sesuatu yang tercipta adalah ALLOH Subhanahu Wata’ala Sang Maha Pencipta-lah yang menciptakannya, sehingga dalam hati mengakui dan merasa bahwa pada hikikatnya tiada daya dan kekuatan melainkan dari ALLOH Subhanahu Wata’ala. Dalam istilah lain senantiasa men-tauhidkan (memahaesakan) kepada ALLOH atau menerapkan BILLAH;

Begitu pula ummat manusia tidak mungkin bisa melaksanakan pengabdian diri kepada ALLOH (LILLAH) dan man-tauhid-kan BILLAH sesuai dengan ridlo-NYA tanpa adanya pembimbing. Maka untuk membimbingnya ALLOH Subhanahu Wata’ala memilih di antara hamba-hamba-NYA dijadikan Nabi Pemimpin ummat, dan diantara Nabi-Nabi ada yang ditetapkan sebagai Rosul Utusan-NYA dengan dibekali Kitab Suci sebagai tuntunan hidup bagi ummat manusia. Nabi dan Utusan ALLOH Subhanahu Wata’ala yang terakhir adalah Junjungan kita Nabi Besar Muhammad Rosululloh Shollalloohu 'alaihi wasallam dengan Kitab Suci Al-Qur’an sebagai pedoman dan tuntunan hidup manusia sampai akhir zaman / Yaumil qiyaamah.
    Dengan diutusnya Beliau Shollalloohu 'alaihi wasallam ummat manusia diwajibkan menyaksikan bahwa Beliau Shollalloohu 'alaihi wasallam sebagai Utusan Alloh dan mentaati atas perintah-perintahnya. Dalam pelaksanaan taat kepada Beliau disamping pelaksanaan amaliah lahiriyah tidak kalah pentingnya penataan niat / tujuan dalam batin / hati. Yakni dalam pelaksanaan taat secara lahiriyah disamping didasari ibadah semata-mata karena ALLOH (LILLAH) juga harus disertai tujuan mengikuti / mentaati Rosululloh (LIRROSUL). Penerapan seperti inilah yang dibimbingkan pula dalam Ajaran Wahidiyah.

Jasa seseorang tidak boleh diabaikan / dilupakan, melainkan harus diakuinya dan disyukuri, baik dengan ucapan dan perbuatan maupun dengan pengakuan / perasaan batin. Lebih-lebih jasa atas diperolehnya suatu ni’mat dan anugerah yang amat besar nilainya. Yakni karunia iman dan islam. Padahal dari sekian makhluq yang ada di alam ini tiada satupun yang berjasa kepada kita manusia melebihi jasa Rosululloh Shollalloohu 'alaihi wasallam yang “rahmatan lil’alamiin”. Tiada satupun amal kebaikan yang terlepas dari jasa Beliau Shollalloohu 'alaihi wasallam. Untuk itu setiap kita melakukan amal kebaikan seharusnya tidak melupakan jasa Beliau , bahkan harus selalu merasa bahwa segala kebaikan yang kita lakukan dan kita terima atas jasa Beliau Shollalloohu 'alaihi wasallam. Istilah Wahidiyah selalu menerapkan BIRROSUL.

Tiada seorang pun yang hidup di alam ini yang tidak memerlukan atau tidak berhubungan pihak lain. Kelahirannya saja di alam fana ini sudah memerlukan banyak pihak. Setiap ada hubungan dengan pihak lain di situ pasti timbul dengan sendirinya suatu hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Penyimpangan dan penyalahgunaan dalam pemenuhan hak dan kewajiban adalah suatu kezhaliman. Kezhaliman yang dilakukan oleh seseorang akan mengakibatkan gelapnya hati dan penghalangnya pintu kesadaran, keimanan, ketaqwaan kepada Dzat Maha Suci serta akan memperberat tuntutan di alam baqa’ nanti. Dalam Wahidiyah diberi bimbingan secara garis besar tentang kewajiban pemenuhan hak terhadap pihak lain yang diistilahkan dengan YUKTII KULLA DZII HAQQIN HAQQOH (memberikan suatu hak kepada yang berhak menerimanya) dengan prinsip TAQDIIMUL AHAM FAL-AHAM TSUMMAL-ANFA’FAL-ANFA’ (mendahulukan sesuatu yang lebih penting (aham) dan yang lebih besar manfa’atnya (anfa’)).

Penjelasan tentang apa yang diuraikan dalam muqaddimah ini Insya Alloh akan dibahas lebih luas di bawan ini. Mudah-mudahan bermanfa’at dan diriloinya fid-diini wad-dun-ya wal-akhirah. Amiin. 

DEFINISI (TA’RIF) AJARAN WAHIDIYAH;

    Yang dimaksud dengan AJARAN WAHIDIYAH adalah : BIMBINGAN PRAKTIS LAHIRIYAH DAN BATINIYAH DI DALAM MENGAMALKAN DAN MENERAPKAN TUNTUNAN ROSULULLOH, Shollalloohu 'alaihi wasallam MENCAKUP BIDANG SYARI’AT, BIDANG HAQIQAT, MELIPUTI PENERAPAN IMAN, PELAKSANAAN ISLAM, PERWUJUDAN IHSAN DAN PEMBENTUKAN AKHLAQUL KARIMAH.
Peningkatan iman menuju kesadaran atau ma’rifat kepada ALLOH Subhanahu Wata’ala
Pelaksanaan Islam sebagai realisasi dari ketaqwaan terhadap ALLOH Subhanahu Wata’ala, Tuhan Yang Maha Esa.
Perwujudan Ihsan sebagai manifestasi dari iman, Islam yang kamil (sempurna). Pembentukan moral / akhlaq untuk mewujudkan akhlaqul karimah.
Bimbingan praktis lahiriyah dan batiniyah di dalam memanfa’atkan potensi lahiriyah yang ditunjang oleh pendayagunaan potensi batiniyah/spiritual yang seimbang dan serasi.
    Jadi bimbingan praktis tersebut meliputi segala bentuk kegiatan hidup dalam hubungan manusia dengan ALLOH Subhanahu Wata’ala (HABLUM MINALLOH), hubungan manusia dalam kehidupan bermasyarakat sebagai insan sosial (HABLUN MINAN-NAAS), hubungan insan dengan keluarga, rumah tangga, dengan bangsa, negara dan agama, dengan sesama ummat manusia segala bangsa serta hubungan manusia dengan segala makhluq di lingkungan hidup pada umumnya.
Sumber dasar hukum Ajaran Wahidiyah adalah : AL-QUR’AN DAN SUNNAH ROSULULLOH Shollalloohu 'alaihi wasallam
Pokok - pokok atau rumusan Ajaran Wahidiyah sebagaimana termaktub dalam Lembaran Sholawat Waghidiyah adalah :
“LILLAH - BILLAH, LIRROSUL- BIRROSUL, YUKTII KULLA DZII HAQQIN HAQQOH, dengan prinsip TAQDIIMUL AHAM FAL-AHAM TSUMMAL-ANFA’ FAL-ANFA’.
LILLAH
PENGERTIAN DAN PENERAPAN LILLAH
    Segala amal perbuatan apa saja, baik yang berhubungan langsung kepada Alloh dan Rosul-NYA, Shollalloohu 'alaihi wasallam maupun yang berhubungan dengan masyarakat, dengan sesama makhluq pada umumnya, baik yang wajib, yang sunnah maupun yang wenang, asal bukan perbuatan yang merugikan / bukan perbuatan yang tidak diridloi Alloh, melaksanakannya supaya didasari niat dan tujuan hanya mengabdikan diri kepada Alloh Tuhan Yang Maha Esa dengan IKHLAS tanpa pamrih ! (LILLAHI TA’ALA).
    Penerapan “LILLAH” umumnya ulama’ menyebutnya “IKHLASH”. Jika disatukan menjadi “Ikhlas Lillah”. Umumnya Ulama mengambil kalimat yang depan yakni IKHLAS dan istilah Wahidiyah mengambil yang belakang, yakni “LILLAH” dengan maksud agar lebih mengarah kepada tujuan yang pokok. Karena kalimat ikhlas sudah tercampur dengan pengertian “rela” atau “senang”. Seperti ucapan “saya ikhlas memberikan sesuatu kepada kekasihku”. Ucapan ini belum pasti didasari tujuan semata-mata karena Alloh (Lillah). Kemungkinan besar karena kekasihnya dia rela memberikan sesuatu. Berarti pemberiannya itu karena kekasih (Lil-kekasih) belum karena Alloh (Lillah). Akan tetapi jika ucapannya “saya memberi seseuatu kepada kekasihku dengan LILLAH, berarti pemberiannya itu didasari ikhlas karena Alloh (LILLAH). Selain itu dengan ucapan LILLAH sekaligus berdzikir kepada ALLOH.
BILLAH
PENGERTIAN DAN PENERAPAN BILLAH
Penerapan BILLAH artinya, di dalam segala perbuatan dan gerak gerik lahir maupun batin, di manapun dan kapan saja, supaya hati kita senantiasa merasa dan beri’tikad bahwa yang menciptakan dan menitahkan itu semua adalah ALLAH (Subhanahu wata’ala) Tuhan Maha Pencipta. Jangan sekali-kali mengaku atau merasa mempunyai kekuatan dan kemampuan sendiri tanpa dititahkan oleh Allah (Subhanahu wata’ala)! Jadi mudahnya hati selalu menerapkan kandungan ma’na dari : “LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAAH”. “Tiada daya dan kekuatan melainkan atas titah Allah ; Billah”. Dan menerapkan firman Allah yang artinya : “Dan ALLOH-lah yang menciptakan kamu sekalian dan apa saja yang kamu sekalian perbuat”. (Q.S. 37- As- Shoffat : 96). “Dan kamu sekalian tidak dapat menghendaki (tidak dapat berkehendak) melainkan apabila dikehendaki Allah Tuhan semesta alam (Q.S. 81 - At-Takwir : 29)
Jelasnya, di dalam kita melihat, mendengar, merasa, menemukan, bergerak, berdiam, berangan-angan, berfikir dan sebagainya, supaya hati selalu sadar dan merasa bahwa pada hakikatnya yang menggerakkan /yang menitahkan itu semua adalah Allah (Subhanahu wata’ala). Merasa BILLAH. Semuanya BILLAH. Tidak ada sesuatu yang tidak BILLAH. Ini harus kita rasa di dalam hati. Tidak cukup hanya pengertian dalam otak. Bukan sekedar pengertian ilmiah saja. Kita membaca ini, kita memahami ini - BILLAH. Tulisan yang anda baca inipun BILLAH. Diri kitapun BILLAH. Mari terus merasa begitu. Merasa bahwa segala sesuatu pada hakikatnya adalah tidak lepas dari ciptaan, kehendak dan kekuasaan Alloh (BILLAH).
LIRROSUL
PENGERTIAN DAN PENERAPAN LIRROSUL
      Segala amal ibadah atau perbuatan apa saja, asal tidak melanggar syariat Rosul, disamping disertai niat LILLAH seperti di atas, supaya juga disertai dengan niat “mengikuti tuntunan Rosululloh (Shollalloohu ‘alaihi wasallam)!” Jadi dalam segala hal perbuatan apa saja asal tidak melanggar Syariat Islam, niatnya harus dobel. Ya’ni niat LILLAH dan niat LIRROSUL.
Dengan tambahan niat LIRROSUL disamping niat LILLAH seperti itu, nilai kemurnian ikhlas semakin bertambah bersih. Tidak mudah diridu / digoda oleh iblis, tidak gampang disalahgunakan oleh kepentingan nafsu. Disamping itu penerapan LIRROSUL juga merupakan di antara cara Ta’aluq Bijanaabihi (Shollalloohu ‘alaihi wasallam) - berhubungan atau berkonsultasi batin dengan Baginda Nabi (Shollalloohu ‘alaihi wasallam). Dengan menerapkan LIRROSUL disamping LILLAH secara terus-menerus Insya ALLOH lama-kelamaan hati dikaruniai suasana seperti mengikuti Rosululloh (Shollalloohu ‘alaihi wasallam) atau seperti ber-sama-sama dengan Rosululloh (Shollalloohu ‘alaihi wasallam) di mana saja kita berada terutama ketika menjalankan amal-amal ibadah apa saja. Dengan demikian situasi batin kita benar-benar dapat menduduki hakikatnya mengikuti atau mangikuti secara hakiki seperti sudah kita bahas di muka : HAQIIQOTUL MUTAABA’ATI RUKYA-TUL MATBUU’I‘INDA KULLI SYAI-IN = mengikuti yang haqiqi harus melihat kepada yang diikuti pada segala keadaan, segala situasi dan kondisi.
BIRROSUL
PENGERTIAN DAN PENERAPAN LIRROSUL
Penerapan BIRROSUL adalah : disamping sadar BILLAH seperti di atas, supaya juga sadar dan merasa (rumongso lan kroso - bahasa Jawa) bahwa segala sesuatu termasuk diri kita dan gerak gerik diri kita lahir maupun batin yang diridloi ALLOH, adalah sebab jasa Rosululloh (Shollalloohu ‘alaihi wasallam).
Jadi, dalam segala langkah dan gerak-gerik kita lahir maupun batin yang bagaimanapun saja asal tidak melang-gar syari’at Rosul (Shollalloohu ‘alaihi wasallam), hati kita harus merasa menerima jasa dari Rosululloh (Shollalloohu ‘alaihi wasallam). Jasa tersebut terus mengalir berkesinambungan tiada putus-putusnya. Jika dihindari sekejap saja oleh jasa Rosululloh (Shollalloohu ‘alaihi wasallam) kita tidak dapat berbuat apa-apa. Bahkan wujud kitapun jika dihindari oleh jasa Rosululloh (Shollalloohu ‘alaihi wasallam) menjadi ‘adam seketika.
Jadi penerapan BIRROSUL itu seperti BILLAH akan tetapi terbatas, tidak mutlak seperti BILLAH. Terbatas hanya dalam hal-hal yang diridloi ALLOH WA ROSUULIHI (Shollalloohu ‘alaihi wasallam). Maka ketika melakukan ma’siat misalnya, tidak boleh merasa BIR-ROSUL. Akan tetapi merasa harus tetap BILLAH. Pembatasan tersebut adalah mengisi bidang adab. Dan kita harus menempatkan segala sesuatu pada kedudukan atau proporsi yang sebenarnya. Bidang syari’at harus kita isi sepenuh-penuhnya dan setepat mungkin, dan bidang haqiqot juga harus kita terapkan setepat mungkin. Begitu juga bidang adab harus kita isi setepat-tepatnya, tidak boleh kita abaikan ! Langit bumi seisinya ini, termasuk manusia, adalah rahmat kasih dari ALLOH. Dan rahmat kasih tersebut disalurkan melalui Rosululloh (Shollalloohu ‘alaihi wasallam) sebagaimana firman-NYA :
YUKTII KULLA DZII HAQQIN HAQQOH
Pengertiannya : Mengisi dan memenuhi segala bidang kewajiban. Melak-sanakan kewajiban di segala bidang tanpa menuntut hak. Baik kewajiban-kewajiban terhadap Alloh Ta'ala dan Rosululloh (Shollalloohu ‘alaihi wasallam), maupun kewajiban-kewajiban yang berhubungan dengan masyarakat di segala bidang dan terhadap makhluk pada umumnya.
Rosululloh (Shollalloohu ‘alaihi wasallam), bersabda :
“Sesungguhnya Alloh itu selalu memberikan hak kepada yang yang punya hak”. (HR. Ibnu majah dari Anas, dengan sanad shoheh).
TAQDIIMUL AHAM FAL-AHAM TSUMMAL-ANFA' FAL-ANFA
Di dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagaimana dalam penerapan Yuktii … di atas supaya mendahulukan yang lebih penting (AHAMMU). Jika sama-sama pentingnya supaya dipilih yang lebih besar manfa’atnya (ANFA’U). Hal-hal yang yang berhubungan kepada Alloh, Subhanahu Wata'ala, Wa Rosululloh, (Shollalloohu ‘alaihi wasallam), terutama yang wajib, pada umumnya harus dipandang “AHAMMU” (lebih penting). Dan hal-hal yang manfaatnya dirasakan juga oleh orang lain atau ummat dan masyarakat pada umumnya harus dipandang “ANFA’U” (lebih bermanfaat).

Selasa, 28 Juni 2011

KEUTAMAAN MEMBACA SHOLAWAT


KEUTAMAAN MEMBACA SHOLAWAT 

1.      Allah SWT berfirman dalam Al Quran :
Artinya : "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersholawat atas Nabi, hai orang-orang yang beriman bersholawatlah kamu semua untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan salam yang sebaik-baiknya".(QS. AI Ahzaab : 56)

2.      Sabda rosulullooh Saw :
" Tidak akan bisa melihat wajah-Ku 3 macam orang.
-       orang yang durhaka kepada kedua orangtuanya,
-        orang yang meninggalkan (tidak mengerjakan) Sunnah-ku
-       orang yang tidak-membaca Sholawat kepada-Ku ketika (mendengar) Aku disebut di dekatnya (HADITS MARFU' DARI AISYAH RA).

3.      Dikisahkan di dalam Kitab "Syifa'ul Asqom", Syekh Al Hafidz Abi Nuaem menceriterakan bahwa menurut hadits ada diceriterakan wahyu Alloh SWT kepada Nabi Musa AS sebagai berikut :
Firman : Alloh *"Wahai Musa, apakah-engkau ingin AKU ' lebih dekat kepadamu dari dekatnya kalammu terhadap lesanmu, supaya AKU lebih dekat kepadamu daripada dekatnya pandangan matamu terhadap matamu dan supaya AKU lebih dekat kepadamu daripada dekatnya rohmu terhadap badanmu. ?
Jawab Nabi Musa AS : "benar duhai Tuhanku''.
Firman Alloh : "Perbanyak membaca Sholawat kepada Muhammad Nabi-KU''

4.      Diceritakan dalm Hadits (Sa'aadatud Daroini hal;88).
Ketika Alloh SWT 'azza,waJalla telah menciptakan Nabi Adam AS nenek moyang kita dan setelah membukakan penglihatan matanya, maka memandanglah Nabi Adam AS pada 'ARSY dan melihat tulisan 'MUHAMMAD' diatas 'PENDOP0'-NYA'ARSY, maka maturlah kepada Alloh,-: Duhai Tuhanku, adakah orang yang lebih mulya disampingMU selain aku".Jawab Alloh SWT: "Benar, Yaitu nama seorang Nabi dari keturunan-mu yang lebih mulya disamping-MU dari pada engkau.Dan jika tidak karena Dia, AKU tidak menciptakan langit, bumi,surga dan neraka"

Setelah Alloh menciptakan Ibu Hawa dari tulang rusuk kiri Nabi Adam AS, maka Nabi Adam AS mengarahkan pandangannya keatas dan terlihatlah olehnya "satu makhIuq" yang lain dari padanya seorang wanita cantik jelita yang karenanya Alloh SWT memberikan rasa syahwat kepada Nabi Adam AS. Dan ketika itu maturlah Nabi Adam AS kepada Alloh SWT :

Maturnya : Muhai Tuhanku, siapakah gerangan itu ?
Jawab Alloh : 'Itu Hawa".
Nabi Adam AS: "Kawinkanlah aku Yaa Alloh dengan dia".
Alloh SWT : "Beranikah engkau membayar maskawinnya ?"
Nabi Adam AS: "Berapakah maskawinnya ?
Alloh SWT :"Supaya engkau membaca Sholawat kepada yang mempunyai nama (Muhammad SAW), 10 kali".
Nabi Adam AS: "JIka kulakukan itu apakah Tuhan telah mengawinkan dia dengan aku?"
Alloh SWT : "Benar demikian".

5.      “Perbanyaklah membaca Sholawat kepada-Ku pada tiap hari Jum'at, maka sesungguhnya bacaan Sholawat ummat-Ku pada tiap hariJumat itu diperlihatkan kepada-Ku “(Diriwayatkan oleh Baihaqi dengan sanad Hasan dari Abi Umamah)

6.      Sayyidina 'Ali Zainul 'Abidin bin Husain bin 'Ali bin Abi Tholib Rodliyallohu anhum :
“Tanda-tanda ahli Sunnah ialah memperbanyak bacaan Sholawat kepada Kanjeng Nabi Sholialloohu 'alaihi wa Sallam ".

7.      Jalan yang paling dekat (menuju) kepada Alloh SWT pada akhir Zaman khususnya bagi orang-orang yang berlarut-larut banyak dosa, adalah memperbanyak istighfar dan membaca Sholawat kepada Nabi SAW".(Dari Kitab Sa`aadatud Daroini).

8.      'Dan sesungguhnya para Ulama' sudah sependapat bahwa sesungguhnya bermacam-macam amal itu ada yang diterima dan ada yang ditolak terkecuali Sholawat kepada Nabi SAW. Maka sesungguhnya Sholawat kepada Nabi SAW itu "Maqbuulatun Qothl'an "(pasti diterima) ". (Taqriibul Ushul Hal : 5 7).

9.      Kata Syekh Hasan Al- 'Adawi dalain Syarah Dalailul Khoirot : '
'Sesungguhnya membaca Sholawat kepada Nabi SAW itu bisa menerangi hati dan mewushulkan kepada Tuhan Dzat yang Maha Mengetahui perkara ghoib tanpa guru".(Sa'aadatud Daroini 36).

sabda Rosululloh SAW, sbb :
Artinya ‘‘ Ketika kamu sekalian membaca Sholawat kepada KU maka bagusilah bacaan Sholawat mu itu . sesungguhnya kamu sekalian tidak mengerti sekirannya hal tersebut diperlihatkan kepadaKU ‘‘

sabda Rosululloh SAW, sbb :
 “Barang siapa membaca sholawat kepada-Ku 10x, maka Alloh SWT membalas Sholawat kepadanya 100x, dan barang siapa membaca Sholawat kepadaku 100x, maka Alloh SWT menulis pada antara kedua matanya; "bebas d2ri munafzq dan bebas dari neraka ", dan Alloh SWT menempatkan besok pada Yaumul Qiyamah bersama-sama dengan para Syuhadak”.

Rosulullooh SAW bersabda:
''Ya benar, telah datang kepada-ku seorang pendatang dari Tuhan-Ku kemudian berkata : barang siapa diantara ummat-mu membaca Sholawat kepada-mu satu kali, maka sebab bacaan Sholawat tadi Alloh SWT menuliskan baginya 10 kebaikan, dan mengangkat derajatnya 10 tingkatan, dan.Alloh SWT membalas sholawat kepadanya sepadan dengan sholawat yang ia baca ".

Rosulullooh SAW bersabda:
“Sesungguhnya manusia yang paling utama disisi-ku pada hari Qiyamah adalah mereka yang paling banyak bacaan Sholawatnya kepada-Ku"

Rosulullooh SAW bersabda:
'Yang paling banyak diantara kamu sekalian bacaan sholawatnya kepada-Ku, dialah paling dekat dengan Aku besok di hari Qiyamat. (DARI KITAB SA'ADATUD DAROINI HAL : 58).

ROSULULLOH SAW BERSABDA :
"Bacalah kamu sekalian sholawat kepada-Ku, maka sesungguhnya bacaan Sholawat kepada Ku itu menjadi penebus dosa dan pembersih bagi kamu sekalian dan barang siapa membaca Sholawat kepada-ku satu kali, Alloh SWT membalas kepadanya sepuluh kali (RIWAYAT IBNU ABI 'ASHIM DARI ANAS bin' MALIK)

ROSULULLOH SAW BERSABDA:
'Sholawat kamu sekalian kepada-Ku itu merupakan pengawal bagi do'a kamu sekalian dan memperoleh keridloan Tuhan-mu, dan merupakan pembersih amal-amal kamu sekalian (RIWAYAT DAELAMI DARI SAYYIDINA 'ALI KAROMALLOOHU WAJHAH).

ROSULULLOH SAW BERSABDA:
"Segala macam doa itu terhijab~ (terhalang/tertutup), sehingga permulaannya berupa pujian kepada Alloh 'Azza wa Jalla dan sholawat kepada Nabi SAW kemudian berdo'a, maka do'anya itu diijabahi". (RIWA YA T IMAM NASAI).

ROSULULLOH SAW BERSABDA:
"Barang siapa membaca Sholawat kepada-KU tiap hari 100 kali, maka Alloh SWT mendatangkan 100 macam hajatnya, yang 70 macam untuk kepentingannya di akhirot, dan yang 30 macam untuk kepentingannya di dunia " * (DIKELUARKAN OLEH IBNU MUNDIR DARI JABIR).

ROSULULLOH SAW BERSABDA:
'Barang siapa membaca Sholawat kepada-Ku tiap hari seribu kali, dia tidak akan mati sehingga dia melihat ,tempatnya di surga". (DARI ANAS bin MALIK).


ROSULULLOH SAW BERSABDA:
"Barang siapa yang menulis sholawat kepada-Ku di dalam suatu kitab, maka Malaikat tidak henti-hentinya memohonkan ampun baginya selagi namaKU masih berada di dalam Kitab itu ".

ROSULULLOH SAW BERSABDA:
" Hiasilah ruangan tempat pertemuanmu, dengan bacaan Sholawat kepada-Ku, maka sesungguhnya bacaan Sholawat kamu sekalian kepada-Ku itu menladi 'NUR" dihari Qyamat” (DIRIWAYATKAN DARI ANAS bin MALIK)

ROSULULLOH SAW BERSABDA:
'Segala sesuatu itu ada alat . pencuci dan pembasuh. Adapun alat pencuci hati seorang mu'min dan pembasuhnya dari kotoran yang sudah melekatIsudah berkarat itu dengan membaca Sholawat kepada-Ku -.(SA'AADA TUD DAROINI HAL : 511).

ROSULULLOH SAW BERSABDA:
Barang siapa yang merasa sulit/ sukar menempuh sesuatu, maka sesungguhnya Sholawat itu akan membuka kesulitan dan menghilangkan kesusahan". (H.R. THOBRONI DARI ABI HUROIROH RAJ.

Sabda rosulullooh Saw:
"Barang siapa (mendengar) Aku disebut di dekatnya dan tidak membaca Sholawat kepada-Ku, maka dia itulah sebakhil-bakhil manusia" (RIWAYAT IBNU ABI ASHIM DARI ABI DZARRIN AL-GHIFFARI).

Sabda rosulullooh Saw:
"Barang siapa (mendengar) Aku disebut, didekatnya dan tidak membaca Sholawat kepadaKu, maka dia bukan dari golongan-Ku dan Akupun bukan dari golongan dia. Kemudian Rosululloh SAW melanjutkan sabdanya (dalam bentuk doa : Yaa Alloh, pertemukanlah orang yang suka berhubungan dengan Aku. dan putuskanlah (hubungan) orang yang tidak mau berhubungan dengan Aku (DIRIWAYATKAN DARI ANAS bin MALIK).

"Sesungguhnya membaca Sholawat kepada Kanjeng Nabi SAW itu (dapat) menerangi hati dan mewushulkan tanpa guru kepada Alloh SWT Dzat yang Maha Mengetahui segala perkara Ghaib ".. (Sa'aadatud Daroini Hal : 36).

Setengah dari pada faedah membaca Sholawat yang paling besar adalah tercetaknya Shuroh Rosululloh SAW di dalam hati si pembaca Sholawat (Sa'aadatud Daroini Hal : 106).

"Barang siapa keadaan hidupnya memperbanyak Sholawat kepada Rosululloh SAW, maka ia berhasil mendapat kebahagiaan yang besar sekali, karena ketika sakarotul Maut Rosululloh SAW rawuh di hadapannya (Sa'aadatud Daroini Ha : 516).

"Sesungguhnya memperbanyak Sholawat dengan memakai redaksi yang mana saja berfaedah bisa bermimpi ketemu Rosululloh SAW, dan apabila berhasil dengan sungguh-sungguh memperbanyak serta membiasakan/ melanggengkan, maka pembaca Sholawat itu meningkat bisa melihat Rosululloh SAW dalam keadaan jaga ".

Sabda Rosululloh SAW : .
''Saya gusti (pemimpinnya) anak cucu Adam tidak Saya tonjol-tonjolkan (sombong) dan saya permulaannya orang yang dibangunkan dari kubur, dan Saya permulaannya orang yang memberi Syafa'at (pertolongan), dan permulaannya orang-orang yang mendapat syafa'atNYA, ditangan saya benderanya pujian & dibawah bendera itu Nabi Adam AS beserta anak cucunya".

Berkata AI-Allamah Syamsuddin bin Qoyyim dalam Kitabnya Jalaail afham : sesungguhnya Sholawat itu menjadi sebab langsungnya rasa cinta kepada Alloh SWT wa Rosulihi SAW & dapat meningkat berlipat-lipat rasa cintanya. Cinta yang demikian itu menjadi ikatan daripada beberapa ikatannya iman, dimana iman itu tidak bisa sempurna kecuali dengannya.

 “Secara keseluruhan, membaca Sholawat kepada Nabi SAW itu (dapat) mewushulkan kepada Alloh SWT tanpa guru. Oleh karena sesungguhnya Guru dan Sanad di dalam Sholawat itu adalah Shoohibush Sholawat (Ya'ni Rosululloh SAW), oleh karena Sholawat itu diperlihatkan kepada Beliau SAW dan Alloh SWT membalas (memberi) Sholawat kepada si Pembaca Sholawat. Berbeda dengan lainnya Sholawat dari bermacam-macam dzikir itu (harus) ada guru (mursyid) yang arif Billah. Kalau tidak, maka syetan akan masuk ke dalam amalan dzikir itu dan orang yang dzikir tidak dapat memperoleh manfaat daripada dzikirnya". (Juga disebutkan dalam Saaadatud Daroini hal : 90).

10.  Sabda Nabi Besar Muhammad SAW : 
"Barang siapa membaca sholawat padaku dari ummatku satu kali, maka ditulis untuknya sepuluh kebaikan dan dihapus darinya sepuluh keburukan".

11.  "Sesungguhnya manusia yang paling utama terhadapku adalaah mereka yang paling banyak membaca sholawat".

12.  "Barang siapa kesulitan dalam mencapai keinginannya, maka perbanyaklah membaca sholawat."

Dari uraian ayat Al Quran dan Al Hadits di atas, maka perlu dipahami bahwa membaca sholawat fadhilahnya memang hebat, tetapi baru akan kelihatan besar di hari kiamat, mengingat Al Quran memerintahkan khusus dalam do'a yakni dengan menggunakan Al Asmaul Husna, maka ini harus didahulukan sehingga agar keduanya terlaksana, maka membaca Al Asmaul Husna diawali dengan sholawat dan ditutup dengan sholawat.

IMAN: Tidak hanya dengan ucapan!


oleh Wahidiyah pada 10 Januari 2011 jam 21:43
”Dan sebagian di antara manusia ada yang mengatakan: Kami beriman kepada Allah dan hari akhir, sedangkan mereka sebenarnya tiada beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman. Padahal mereka tiada menipu kecuali menipu pada mereka sendiri, sedangkan mereka tidak menyadari.” (QS. Al Baqarah: 8-9).

Jumlah ayat tentang orang-orang berian kurang lebih empat ayat, yaitu mulai ayat 2 hingga ayat 5. Uraian mengenai orang beriman tersebut tergolong banyak karena untuk memberikan penerangan kepada manusia, khususnya kepada mereka yang mengimani Al Qur’an tentang bagaimana agar seseorang menjadi mukmin yang sejati.

Selanjutnya Allah SWT memberikan uraian mengenai orang kafir jalli (Kafir yang terang-terangan) secara singkat. Uraian tersebut hanya dua ayat, yaitu ayat 6 dan 7. Hal ini karena kaum kafir sangat jelas karakter dan wataknya. Mereka sedemikian mudah dikenal sehingga cukup dengan uraian yang singkat saja. Tanpa banyak penyelidikan, kita bisa melihat bahwa orang-orang semacam Abu Jahal atau Abu Lahab adalah kafir. Karena mereka secara terang-terangan menyatakan kekafiran mereka.

Selanjutnya, kita akan memasuki pembahasan keterangan Allah mengenai orang munafik. Yaitu mereka yang pada dasarnya kafir namun menampakkan diri sebagai orang beriman. Ayat mengenai orang munafik ini cukup banyak. Yaitu berjumlah 13 ayat yang membentang mulai ayat 8 hingga 20 dari surat Al Baqarah ini.

Uraian mengenai kaum munafik sedemikian banyak. Hal ini karena beberapa sebab.
Yang Pertama, adalah bahwa dosa munafik adalah dosa yang sangat besar. Bahkan lebih besar dari dosa kafir yang terang-terangan. Hal ini karena dalam Al Qur’an kaum munafik diancam dengan neraka lapisan terbawah. Sementara kaum kafir biasa tidak masuk ke dalam lapisan paling bawah. Namun di atas lapisan kaum munafik. Karena itulah Allah menjelaskan keberadaan kaum munafik ini secara terperinci agar manusia tidak jatuh ke dalam jurang kemunafikan.

Yang kedua, adalah bahwa sifat-sifat munafik tersebut sangat samar. Karena samarnya tersebut, Rasulullah SAW menjelaskan, bahwa bisa jadi seseorang itu melakukan shalat, berpuasa dan bahkan menyangka dirinya seorang muslim. Namun dalam pandangan Allah, ternyata ia seorang munafik. Karena itulah, mengenal hal-hal yang menyebabkan seseorang menjadi munafik sangatlah penting agar seseorang terjaga dari sifat munafik tersebut.

Ketiga, kerusakan yang di timbulkan oleh kemunafikan ini sangatlah besar. Bahkan jauh lebih besar dari mereka yang kafir secara terang-terangan. Pada masa Rasulullah SAW, kaum munafik nyaris bisa menimbulkan perang saudara sesama mukmin akibat adu domba mereka. Hanya karena pertolongan Allah-lah kaum muslimin saat itu selamat dari perang saudara.

Upaya kaum munafik ini terus berlangsung. Namun pada masa Khalifah Abu Bakar dan Umar, upaya mereka terhalang. Pada  masa Khalifah Utsman, kaum munafik yang dipelopori oleh Abdullah bin Saba’ berhasil membuat kekacauan yang berakibat terbunuhnya Khalifah Utsman. Pada masa Khalifah Ali, kaum munafik menimbulkan perang Jamal yang merenggut nyawa puluhan ribu kaum muslimin. Bukan hanya itu, kaum munafik juga telah membidani lahirnya berbagai aliran sesat dalam Islam. Upaya kaum munafik yang besar di abad XX adalah runtuhnya Kekhalifahan Islam Turki Utsmani. Setelah persenjataan tidak mampu menghancurkan Khilafah Islam, mereka menyusup orang-orang munafik yang melakukan pembusukan yang mengakibatkan runtuhnya Khilafah Islam.

Pada ayat di atas, Allah memberitahukan bahwa ada manusia yang menyatakan bahwa mereka beriman kepada Allah dan hari akhir. Padahal sebenaranya tiada sebiji atom pun iman dalam hati mereka.

Ayat diatas menyiratkan beberapa hal,
Pertama,  adalah bahwa keimanan dalam pandangan Allah tidak cukup dengan ucapan lisan. Namun harus bermula dari keyakinan di dalam hati, yang kemudian diucapkan dengan lisan. Walaupun demikian, setiap orang yang sudah  mengikrarkan keimanan, harus diperlakukan sebagai orang Islam. Walaupun mungkin dia adalah seorang munafik.

Kedua,  adalah bahwa keyakinan kepada Allah dan hari akhir itupun tidak cukup untuk menjadikan seseorang menjadi mukmin. Namun harus disertai dengan beriman kepada Rasulullah SAW serta seluruh cabang-cabang keimanan yang lain. Hal ini perlu disampaikan karena pada umumnya mereka yang munafik adalah kaum Yahudi. Mereka beranggapan bahwa  walaupun mereka Yahudi namun mereka mukmin, karena mereka beriman kepada Allah dan hari akhir. Padahal itu tidaklah cukup. Mereka harus juga beriman kepada Rasulullah SAW serta semua yang beliau sampaikan. Rasulullah SAW bersabda,
”Andaikan Musa dan Isa hidup, maka tiada keleluasaan bagi keduanya kecuali mengikuti.” (HR. Ahmad).

Ketiga, adalah bahwa salah satu watak orang munafik adalah suka berbicara dan menjelaskan bahwa ia adalah orang beriman. Mereka melakukan hal ini adalah untuk mencari kedudukan di hadapan manusia. Walaupun sebenarnya mereka memiliki misi dan tujuan tersembunyi untuk menghancurkan Islam. Atau juga bisa jadi mereka melakukan semua itu karena mereka merasa sebagai orang beriman dan mempunyai maqam yang tinggi. Padahal, sikap mukmin yang sejati adalah selalu merendah dan merasa dhalim. Sebagaimana Nabi Yunus yang berdoa,
”Tiada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau yaa Allah. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang dhalim.”
Rasulullah SAW juga bersabda,
”Yaa Allah! Ampunilah aku, terimalah taubatku. Sesungguhnya Engkau Maha menerima taubat serta Maha Menyayangi.”

Pada ayat 9, Allah menjelaskan bahwa kaum munafik melakukan semua itu karena mereka merasa bahwa Allah itu bisa mereka tipu dan mereka perdayai. Mereka tidak menyadari  bahwa Allah itu Maha Mengetahui segala sesuatu. Kaum munafik beranggapan bahwa dengan cara itu mereka bisa menipu orang-orang beriman. Padahal sebenarnya orang beriman dapat mengetahui  kalau mereka itu munafik karena sifat-sifat mereka yang mudah dikenali. Yang dimaksud orang beriman disini adalah mereka yang beriman secara sempurna. Dengan pandangan spiritual yang tajam, para pemilik keimanan tersebut dapat mengenali kemunafikan pada seseorang.

Justru dalam keterangan ayat di atas, kita dapat melihat bahwa mereka sebenarnya tertipu oleh perilaku mereka sendiri. Mereka beranggapan bahwa mereka akan mendapat sesuatu yang berharga dari kemunafikkan mereka. Padahal sebenarnya, kesulitan dan adzab Allah yang pedih menanti mereka. Dan adzab Allah kepada mereka pun bukan sekedar adzab. Namun adzab yang terpedih dari siksa yang di timpakan kepada makhluk Allah yang ada. Allahu a’lam

SHOLAWAT WAHIDIYAH




SHOLAWAT WAHIDIYAH BERFAEDAH MENJERNIHKAN HATI DAN
MA'RIFAT BILLAH wa ROSUULIHI SAW.





ILAA HADLROTI SAYYIDINAA MUHAMMADIN SHOLLALLOOHU'ALAIHI WASSALAM, ALFAATIHAH ! (membaca Surat Fatihah 7x)
Di hadiyahkan ke haribaan Junjungan kami Kanjeng Nabi Besar Muhammad Shollallohu ‘alaihi Wasallam. Al-Fatihah

WA ILAA HADLROTI GHOUTSI HAADAZ-ZAMAN WAA'AWAANIHI WASAAAIRI AULIYAAILLAAHI RODLIYALLOOHU TA'AALA ‘ANHUM ALFAATIHAH ! (membaca Surat Fatihah 7x)
Dan di hadiyahkan ke pangkuan Ghoutsi Hadhazzaman, Para Pembantu Beliau dan segenap Kekasih ALLOH, Rodiyallohu ta’alaa Anhum. Al-Fatihah



ALLOOHUMMA YAA WAAHIDU YAA AHAD, YAA WAAJIDU YAA JAWAAD, SHOLLI WASALLIM WABAARIK ‘ALAASAYYIDINAA MUHAMMADIW-WA'ALAA AALI SAYYIDINAA MUHAMMAD. FII KULLI LAMHATIW WA NAFASIM BI'ADADI MA'LUMAATILLAAHI, WA FUYU DHOTIHI WA AMDAADIH. .......(100X)
Yaa Alloh, Yaa Tuhan Maha Esa, Yaa Tuhan Maha Satu, Yaa Tuhan Maha Menemukan, Yaa Tuhan Maha Pelimpah, limpahkanlah sholawat salam barokah atas junjungan kami Kanjeng Nabi Muhammad dan atas keluarga Kanjeng Nabi Muhammad pada setiap kedipnya mata dan naik turunnya napas sebanyak bilangan segala yang Alloh Maha Mengetahui dan sebanyak kelimpahan pemberian dan kelestarian pemeliharaan Alloh.



ALLOOHUMMA KAMAA ANTA AHLUH; SHOLLI WASALLIM WABAARIK ‘ALAASAYYIDINAA WAMAULAANAA,WASYAFII'INAA,WAHABIIBINAA,WAQURROTI A'YUNINAA MUHAMMADIN SHOLLALLOOHU'ALAIHI WASALLAMA KAMAA HUWA AHLUH; NAS-ALUKALLOOHUMMA BIHAQQIHI AN TUGHRIQONAA FII LUJJATI BAHRIL WAHDAH; HATTAA LAA NAROO WALAA NASMA'A, WALAA NAJIDA WALAA NUHISSA, WALAA NATAHARROKA WALAA NASKUNA ILLAA BIHAA; WATARZUQONAA TAMAAMA MAGHFIROTIKA YAA ALLOH, WATAMAAMA NI'MATIKA YAA ALLOH, WATAMAAMA MA'RIFATIKA YAA ALLOH, WATAMAAMA MAHABBATIKA YAA ALLOH, WATAMAAMA RIDLWANIKA YAA ALLOH; WASHOLLI WASALLIM WABAARIK ‘ALAIHI WA'ALAA AALIHI WASHOHBIH. ‘ADADAMAA AHAATHOBIHII ‘ILMUKA WAAHSHOOHU KITAABUK; BIROHMATIKA YAA ARHAMAR-ROOHIMIIN, WALHAMDU LILLAAHI ROBBIL'AALAMIIN............. (7X)
Yaa Alloh, sebagaimana keahlian ada pada-MU, limpahkanlah sholawat salam barokah atas Junjungan kami, Pemimpin kami, Pemberi Syafa’at kami, Kecintaan kami, dan Buah jantung hati kami Kamjeng Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi WaSallam yang sepadan dengan keahlian Beliau, kami bermohon kepada-MU Yaa Alloh, dengan hak kemuliaan Beliau, tenggelamkanlah kami didalam pusat dasar samudra ke-Esaan-MU sedemikian rupa sehingga tiada kami melihat dan mendengar, tiada kami menemukan dan merasa, dan tiada kami bergerak maupun berdiam, melainkan senantiasa merasa didalam samudra Tauhid-MU dan kami bermohon kepada-MU Yaa Alloh, limpahilah kami ampunan-MU yang sempurna Yaa Alloh, ni’mat karunia-MU yang sempurna Yaa Alloh, sadar ma’rifat kepada-MU yang sempurna Yaa Alloh, cinta kepad-MU dan menjadi kecintaan-MU yang sempurna Yaa Alloh, ridho kepada-MU dan memperoleh ridho-MU pula yang sempurna Yaa Alloh. Dan sekali lagi Yaa Alloh, limpahkanlah sholawat salan dn barokah atas Beliau Kanjeng Nabi dan atas keluarga dan sahabat Beliau sebanyak bilangan segala yang diliputi oleh Ilmu-MU dan termuat di dalam Kitab-MU, dengan Rahmat-MU Yaa Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dan segala puji bagi Alloh Tuhan seru sekalian alam.



YAA SYAFI'AL-KHOLQISH-SHOLAATU WASSALAAM " ‘ALAIKA NUUROL KHOLQI HAADIYAL ANAAM
WA ASHLAHUU WA RUUHAHU ADRIKNII " FAQODH DHOLAMTU ABADAW-WAROBBINII
WA LAISA LII YAA SAYYIDII SIWAAKA " FA-IN TARUDDA KUNTU SYAKHSON HAALIKAA .......(3x)
Duhai Kanjeng Nabi pemberi Syafa’at makhluq Kepangkuan-MU sholawat dan salam kusanjungkan ¨ Duhai Nur cahaya makhluq , pembimbing manusia ¨ Duhai unsur dan jiwa makhluq,bimbing dan didiklah diriku ¨ Maka sungguh aku manusia yang dholim selalu ¨ tiada arti diriku tanpa engkau Duhai Yaa Sayyidii ¨ jika engkau hindari aku (akibat keterlaluan berlarut-larutku), pastilah ‘ku ‘kan hancur binasa.



YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !....... (7x)
Duhai Pemimpinku, Duhai Utusan Alloh



YAA AYYUHAL-GHOUTSU SALAAMULLOOH " ‘ALAIKA ROBBINII BI-IDZNILLAAH
WANDHUR ILAYYA SAYYIDII BINADHROH " MUUSHILATIL-LIL-HADLROTIL'ALIYYAH....... (3x)
Duhai Ghoutsu Hadhaz Zaman, kepangkuan-MU salam Alloh kuhaturkan ¨ Bimbing dan didiklah diriku dengan izin Alloh ¨ dan arahkan pancaran sinar Nadroh-MU kepadaku Duhai Yaa Sayyidii ¨ radiasi batin yang mewusulkan aku sadar kehadirat Maha Luhur Tuhanku

YAA SYAAFI'AL-KHOLQI HABIIBALLOOHI " SHOLAATUHUU'ALAIKA MA'SALAAMIHII,
DHOLLAT WA DHOLLAT HIILATII FII BALDATII " KHUDZ BIYADII YAA SAYYIDII WAL UMMATII ....... (3x)



YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !....... (7x)
Duhai Pemimpinku, Duhai Utusan Alloh


YAA ROBBANALLOOHUMMA SHOLLI SALLIMI " ‘ALAA MUHAMMADIN SYAFII'IL UMAMI,
WAL-AALI WAJ-‘ALIL ANAAMA MUSRI'IIN " BIL-WAAHIDIYYATI LIROBBIL-‘AALAMIIN
YAA ROBBANAGH-FIR YASSAIR IFTAH WAHDINAA " QORRIB WA-ALLIF BAINANAA YAA ROBBANAA....... (3x)
Yaa Tuhan kami Yaa Alloh, limpahkanlah Sholawat dan Salam ¨ atas Kanjeng Nabi Muhammad pemberi Syafa’at ummat ¨ dan atas keluarga Beliau, dan jadikanlah ummat manusia cepat-cepat lari, ¨ lari kembali mengabdikan diri dan sadar kepada Tuhan Semesta alam, ¨ Yaa Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami, permudahkanlah segala urusan kami, bukalah hati dan jalan kami, dan tunjukilah kami ¨ , pereratlah persaudaraan dan persatuan diantara kami, Yaa Tuhan kami.


ALLOOHUMMA BAARIK FIIMAA KHOLAQTA WAHAADZIHIL BALDAH YAA ALLOH, WA FII HAADZIHIL MUJAAHADAH YAA ALLOH !....... (7X)
Yaa Alloh limpahkanlah berkah didalam segala makhluq yang engkau ciptakan, dan didalam negri ini Yaa Alloh, dan didalam mujahadah ini Yaa Alloh


I S T I G H R O O Q ! ( Diam tidak membaca apa-apa, segenap perhatian lahir bathin, fikiran dan perasaan dipusatkan hanya kepada ALLOH! Tidak ada acara selain ALLOH ) ALFAATIHAH ! (1X) Kemudian berdo'a seperti di bawah ini


BISMILLAAHIR ROHMAANIR ROHIIM,

( ALLOOHUMMA BIHAQQISMIKAL A'DHOM WABIJAAHI SAYYIDINAA MUHAMMADIN SHOLLALLOHU ‘ALAIHI WASALLAM WABIBARAKATI GHOUTSI HADZAZ-ZAMAAN WA A'WAANIHI WA SAAIRI AULIYAAIKA YAA ALLOH, YAA ALLOH, YAA ALLOH, RODLIYALLOOHU TA'AALA'ANHUM 3X )
Dengan Nama Alloh Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang( Yaa Alloh, dengan hak kebesaran Asma-MU, dan dengan kemuliaan serta keagungan Kanjeng Nabi Mahammad Sollallohu ‘Alaihi WaSallam, dan dengan Barokahnya Ghoutsu Hadhaz Zaman wa A’wanihi serta segenap Auliya’ Kekasih-MU Yaa Alloh, Yaa Alloh Rodiyallohu Ta’ala Anhum

( BALLIGH JAMII'AL ‘ALAMIIN NIDAA-ANAA HAADZAA WAJ'AL FIIHI TAKTSIIROM-BALIIGHOO 3X )
Sampaikanlah seruan kami ini kepada jami’al Alamin dan letakkanlah kesan yang sangat mendalam


( FAINNAKA ‘ALAA KULLI SYAI-INGQODIIR WABIL IJABATI JADIIR 3X )
Maka sesungguhnya engkau Maha Kuasa berbuat segala sesuatu dan Maha Ahli memberi ijabah

FAFIRRUU ILALLOOH ! .......(7X) = Larilah kembali kepada Alloh !


WAQUL JAA-ALHAQQUWAZAHAQOL BAATHIL INNAL BAATHILA KAANA ZAHUUQOO !....... (3X)
Dan katakanlah (wahai Muhammad) perkara yang hak telah datang dan musnahlah perkara yang batal, sesungguhnya perkara yang batal itu pasti musnah.Al-Fatihah ( membaca surat Al-Fatihah satu kali )

FAFIRRUU ILALLOH dan WAQUL JAA-ALHAQQU… dibaca bersama-sama imam dan ma'mum. Maknanya : Larilah kembali kepada Alloh ! Dan semoga akhlaq=akhlaq batal yang rusak dan merusakkan segera diganti oleh Alloh dengan akhlaq yang baik dan yang menguntungkan! Kedua ajakan tersebut ditujukan kepada segenap masyarakat manusia dan jin seluruh dunia, terutama ditujukan kepada pribadi si pembaca sendiri!

A L F A A T I H A H (1X) S e l e s a i