Mengenai Saya

Foto saya
seorang pendosa yang 100% ingin rutin menghamba kpd Alloh,dan semoga dibisakan RUTINITAS melaksanakan hak-haknya Alloh.amin

ASSALAMUALAIKUM wr wb

WELCOME,SELAMAT DATANG,SUGENG RAWUH.


MONGGO.........SILAHKAN...





TANYA JAWAB


Tanya

“Apakah Sholawat Wahidiyah itu……?”

Jawab

Sholawat Wahidiyah adalah seluruh rangkaian do’a-do’a Sholawat yang tertulis didalam lembaran Sholawat Wahidiyah, termasuk cara-cara dan adab-adab pengamalannya, bacaan-bacaan dan segala isi kandungan yang terdapat didalamnya, termasuk bacaan surat Al-Fatihah penutup.

Tanya

“Apa faidah Sholawat Wahidiyah”…….?

Jawab

Sholawat Wahidiyah berfaidah antara lain dan terutama untuk menjernihkan hati, menenangkan batin dan menentramkan jiwa serta meningkatkan daya ingat sadar / ma’rifat kepada Alloh SWT Tuhan Yang Maha Esa Wa Rosulihi SAW”.

Tanya

“Bagaimana bacaan Sholawat Wahidiyah”……..?

Jawab

Bacaan Sholawat Wahidyah adalah meliputi bacaan Fatihah dan Sholawat atas Nabi SAW serta do’a-do’a yang menjadi rangkaian amalan Sholawat Wahidiyah dengan bilangan yang sesuai dengan lembaran Sholawat Wahidiyah.
Tanya

“Bagaiamana tata cara pengamalan Sholawat Wahidiyah………?”

Jawab

Tata cara pengamalannya;

1. Harus niat semata-mata mengabdikan diri (beribadah) kepada Alloh SWT dengan ikhlas tanpa pamrih, serta memuliakan dan mencintai Nabi Besar Muhammad SAW. Maka supaya merasa benar-benar berada di hadapan Beliau SAW (istihdlor), dengan adab sepenuh hati, Ta’dzim (memuliakan) mahabah (mencintai) semurni-murninya.

2. Diamalkan selama 40 (empat puluh) hari berturut-turut. Setiap hari sedikitnya menurut bilangan yang tertulis diatas dalam sekali duduk (satu kali kesempatan). Boleh di pagi, sore, atau malam hari. Boleh juga selama 7 (tujuh) hari berturut-turut, namun bilangannya dilipatkan sepuluh kali. Setelah selesai 40 atau 7 hari, pengamalannya supaya diteruskan. Bilangannya bisa dikurangi sebagian atau seluruhnya, namun lebih utama jika diperbanyak. Boleh diamalkan secara perorangan, namun berjama’ah bersama keluarga dan masyarakat sekampung sangat dianjurkan. Wanita yang sedang udzur bulanan cukup membaca Sholawatnya saja tanpa membaca fatihah. Demikian juga FAFIRRU ILALLOH dan WAQULJA…..” boleh dibaca, karena yang dimaksud disini adalah sebagai do’a (berniat membaca do’a).

3. Yang belum bisa membaca SHOLAWAT WAHIDIYAH secara keseluruhan, boleh membaca bagaian-bagian mana yang sudah bisa dibaca lebih dahulu. Misalnya; membaca fatihah saja, atau membaca YAA SAYYIDII YAA ROSULALLOH yang diulang berkali-kali selama kira-kira sama waktunya jika mengamalkan Sholawat Wahidiyah secara lengkap, yaitu lebih kurang 30 menit. Kalaupun belum mungkin boleh hanya berdiam saja selama waktu yang sama, dengan memusatkan hati dan perhatian (berkonsentrasi) kepada Alloh SWT dan memuliakan serta menyatakan rasa cinta semurni-murninya dengan merasa istihdlor di hadapan Junjungan kita Rosululloh SAW.

Tanya

“Apa dasar pengamalan Sholawat Wahidiyah selama 40 atau 7 hari….?”

Jawab

Batasan 40 atau 7 hari pengamalan Sholawat Wahidiyah adalah mengikuti / itba’ kepada beliau Rosul SAW dalam tachanus (beraudensi) dalam gua Qiro’ selama 40 hari. Dan dalam kitab Shoheh Bukhori juz 4 disebutkan bahwasannya paling sedikitnya kholwah (audensi) yang pertama adalah 3 hari, kemudian 7 hari, kemudian 1 bulan sesuai dengan jejak nabi SAW. Adapun 40 hari adalah keseluruhan hari yang dicapai Nabi SAW dalam gua Qiro’.

Nabi SAW bersabda :

“Tidak ada seorang hamba yang ikhlas mengerjakan amal karena Alloh selama 40 hari kecuali akan muncul pancaran nur-nur hikmah dari hati sampai ke lisannya”. (HR. Ibnul Addy dan Ibnul Juuzy dari Abi Musa Al-Asyary).

“Kesempurnaan ribad (pertalian/persambungan) itu selama 40 hari”.

Alloh berfirman :

“Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberi Taurat) sesudah berlaku waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam”. (Al-A’rof 142).

Tanya

“Apakah Sholawat Wahidiyah boleh diamalkan oleh siapa saja……?”

Jawab

Sholawat Wahidiyah dan ajarannya boleh diamalkan oleh siapa saja; baik laki-laki, perempuan, tua, muda dan sebagainya. Karena Sholawat Wahidiyah dan ajarannya telah diijazahkan secara umum dan mutlak oleh muallifnya (penyusun) yaitu Al Mukarrom Romo Kyahi Hajji Abdoel Madjid Ma’roef untuk diamalkan oleh siapa saja tanpa pandang bulu dan golongan. Maka barangsiapa yang telah mendapatkan Sholawat Wahidiyah dari manapun, boleh diamalkannya, bahkan sangat dianjurkan untuk disebar luaskan kepada masyarakat luas tanpa pandang bulu dengan ikhlas tanpa pamrih dan dengan bijaksana.

Tanya

“Apakah Sholawat Wahidiyah itu mempunyai sanad mutasil sebagaimana Thoriqoh Mu’tabaroh yang ada gurunya dari ahli silsilah…..?”

Jawab

Sesungguhnya Sholawat atas Nabi SAW dengan shiqot (bentuk) apapun adalah bisa sampai kepada Alloh SWT tanpa melalui guru dan sanad. Karena Sholawat itu langsung dihaturkan kepada Beliau Nabi SAW tanpa melalui perantara. Maka orang yang membaca Sholawat Wahidiyah tidak membutuhkan tawasul kepada selain Nabi SAW. Berbeda dengan selain Sholawat; seperti beberapa dzikir. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Syeh Ahmad As-Showi dalam kitab Hasyiyah Tafsir jalalain juz 2, hal 123, bab Al-Ahzab berbunyi :

“Secara umum Sholawat atas Nabi SAW itu sampai lansung kepada Alloh SWT tanpa melalui seorang guru, karena Syeh (guru) dan sanad di dalam Sholawat adalah pemilik Sholawat itu sendiri (Nabi SAW), dan Sholawat itu dihaturkan lansung dihadapan Beliau SAW dan Alloh membalas Sholawat pula kepada orang yang membacanya. Berbeda dengan selain Sholawat; seperti beberapa dzikir, maka wajib di dalam dzikir itu ada seorang guru yang Arif Billah, dan apabila tidak ada gurunya, maka gurunya adalah Syaithon dan dzikirnya tidak membawa manfa’at”.

Tanya

“Apakah ada dalil khusus yang berkaitan dengan Sholawat Wahidiyah…..?”

Jawab

Tidak ada di dalam Al-Qur’an dan semua hadist ma’na mutlak Sholawat atas Nabi SAW. Maka membaca Sholawat kepada Rosul SAW dengan do’a Sholawat yang mana saja mutlak diterima; baik Sholawat yang waridah dari Nabi sendiri (yaitu yang disebut Sholawat ma’tsuroh), maupun yang susunan redaksinya dicipta oleh para Ulama (yaitu Sholawat yang disebut Sholawat ghoiru Ma’tsuroh). Misalnya: Sholawat Nariyah,Sholawat Munjiyat, Sholawat badar, dan termasuk pula Sholawat Wahidiyah. Sebab perintah membaca Sholawat-Salam yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadist Nabi SAW yang berbunyi :

ياايها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما (الاحزاب)

وفى الخبر: من صلى علي صلاة صلى الله عليه عشرا (رواه مسلم)

Para ahli Tafsir dan para Ulama yang lain belum pernah membuat ketentuan bahwa hanya Sholawat ma’tsuroh saja yang harus dibaca. Oleh sebab itu barangsiapa yang membaca Sholawat atas nabi SAW dengan shigot (bentuk) sholawat apa saja, ia benar-benar menghasilkan kebaikan yang agung dan berhak mendapat balasan yang dijanjikan sebagaimana dalam hadist Nabi SAW.

Adapun perbedaan Sholawat Wahidiyah dengan Sholawat- Sholawat yang lain, ialah: bahwa Sholawat Wahidiyah disertai ajaran tauhid dan ma’rifat dengan cara yang praktis dan positif.

Tanya

“Apakah Sholawat Wahidiyah mempunyai ajaran sendiri..…?”

Jawab

TIDAK..!. Karena yang dimaksud ajaran Wahidiyah adalah bimbingan praktis lahiriyah dan batiniyah didalam mengamalkan dan menerapkan tuntunan Rosululloh SAW mencakup bidang Syari’at dan Haqiqoh meliputi iman, pelaksanaan islam, perwujudan ihsan dan pembentukan Akhlaqul Karimah.

Adapun rumusan pokok-pokok bimbingan ajaran Wahidiyah yaitu :

1. Lillah Billah.

2. Lirrosul Birrosul.

3. Yu’ti Kulla Dzi Haqqin Haqqoh.

4. Taqdimul Aham Fal Aham tsumal Anfa’ Fal Anfa’.

Dan ajaran ini ajaran yang berdasarkan Qur’an, Hadist SAW serta Ijma’ para Ulama’ Salafus Sholihin.

LILLAH artinya: segala perbuatan apa saja lahir maupun batin; baik yang hubungan langsung kepada Alloh Wa Rosulihi SAW, maupun yang hubungan di dalam masyarakat, bahkan dalam hubungan dengan sesama makhluk, baik kedudukan hukumnya wajib, sunah atau mubah, asal bukan perbuatan yang tidak diridloi Alloh, bukan perbuatan yang merugikan, melaksanakannya supaya disertai niat beribadah mengabdikan diri kepada Alloh dengan ikhlas tanpa pamrih !. Lillahi Ta’ala. Baik pamrih ukhrowi, lebih-lebih pamrih duniawi.

BILLAH artinya dalam segala kehidupan, gerak gerik kita atau perbuatan atau tindakan apa saja lahir batin, dimanapun dan kapanpun, supaya dalam hati senantiasa merasa bahwa yang menciptakan dan menitahkan serta menggerakkan itu semua adalah Alloh Maha pencipta. Jangan sekali-kali mengaku atau merasa bahwa kita mempunyai kemampuan sendiri.

Ini mutlak, dalam segala hal supaya merasa begitu. Baik dalam keadaan ta’at maupun ketika ma’siat, harus merasa Billah !. tanpa kecuali !. ini harus kita sadari !. karena sifat ma’ani dan ma’nawi adalah sifat wajib bagi Alloh dan muchal –tidak mungkin- bagi makhluk. Alloh berdiri sendiri, tidak membutuhkan dzat yang mendirikan, dan segala sesuatu selain Alloh adalah qooimun (berdiri) dengan Alloh (Billah). Maka tidak ada sesuatu di dalam wujud ini yang berdiri dengan dirinya sendiri kecuali hanya Alloh yang punya sifat Al-Chayyu Al-Qoyyum, berdiri dengan Dzat-Nya sendiri. Segala sesuatu yang hadist (baru) di alam semesta ini adalah perbuatan dan ciptaan Alloh. Tidak ada pencipta dan pembuat perkara baru kecuali hanya Alloh.

Lirrosul yaitu niat ta’at dan mengikuti tuntunan Rosul SAW. Asal, bukan perbuatan yang tidak diridloi Alloh, bukan perbuatan yang merugikan.

Pengertian mengikuti itu ada dua. Pertama, mengikuti aqwaal (ucapan). Kedua, mengikuti af’al (perbuatan). Mengikuti ucapan adalah mengikuti apa yang diperintahkan matbu’ (orang yang diikuti) meliputi; perintah, larangan dan tarqib (motivasi/dorongan). Sedangkan mengikuti amal perbuatan adalah mengikuti semua amal-amal dan tatakrama Nabi SAW, selain perkara yang sudah menjadi sifat khusu Nabi SAW menurut ketetapan dalil, maka pada perkara khusus itu tidak ada perintah mengikuti.

Adapun mengikuti pada perintah ada tiga; Wajib, sunah dan jawaz. Mengikuti perintah wajib adalah mengerjakan semua kewajiban seperti; sholat lima waktu dan menjauhi semua larangan yang diharamkan seperti; minum khomer. Sedangkan mengikuti perintah sunah adalah mengerjakan perkara yang disunahkan seperti; sholat sunah sesudah sholat fardhu serta menjauhi perkara yang dimakruhkan seperti; meninggalkan perkara-perkara yang disunahkan dalam sholat. Adapun mengikuti perintah jawaz (boleh dikerjakan, boleh tidak) adalah mengerjakan semua perkara yang diperbolehkan seperti; makan dan minum.

Adapun mengikuti meninggalkan larangan ada dua; haram dan makruh. Mengikuti meninggalkan larangan haram seperti; zina dan minu khomer. Mengikuti meninggalkan larangan makruh seperti; makan dan minum sambil berdiri.

Sedangkan mengikuti pada tarqib (motivasi/dorongan) terbagi dua; yaitu dorongan dalam melakukan keta’atan dan dorongan dalam meninggalkan ma’siat. Adapun mengikuti dorongan kata’atan seperti; senang dengan pahala, surga dan menambah nilai ta’at. Sedangkan mengikuti dorongan meninggalkan ma’siat seperti; menyadari adanya ancaman dan siksa atas perbuatan ma’siat.

Semua perbuatan mengikuti tersebut diatas bisa bernilai ibadah apabila ada niat mengikuti tuntunan Rosul SAW. Dan apabila tidak ada niat seperti itu, maka tidak akan bernilai ibadah, meskipun ada amal yang terkadang dinilai syah tanpa niat seperti; adzan dan membaca Al-Qur’an sebagaimana syahnya meninggalkan ma’siat tanpa niat, namun semua itu tidak bernilai ibadah dan tanpa pahala.

BIRROSUL adalah penyaksian amal perbuatan yang diridloi Alloh dan Rosul-Nya serta menyadari semua ni’mat lahir batin yang dirasakan; baik ni’mat beragama, ni’mat di dunia maupun di akhirat adalah sebab perantaraan, syafa’at dan bimbingan Rosul SAW. Maka disamping penerapan Billah seperti diatas harus menerapkan Birrosul. Akan tetapi tidak mutlak dan menyeluruh seperti Billah. Melainkan terbatas dalam so’al-so’al yang tidak dilarang oleh Alloh dan Rosul-Nya. Jadi dalam segala hal apapun, segala gerak gerik kita lahir batin, asal bukan hal yang dilarang, disamping sadar Billah kita supaya merasa bahwa semuanya itu mendapat jasa dari Rosul SAW.

Yu’ti Kulla Dzi Haqqin Haqqoh adalah memenuhi segala macam kewajiban yang menjadi kewajiban dan tanggung jawabnya tanpa menuntut hak, atau memberikan hak kepada yang mempunyai hak yang sudah menjadi kewajibannya. Dan ini yang dinamakan adil, karena adil meurut Imam Qhozali adalah “memberikan hak kepada yang mempunyai hak”.

Taqdimul Aham Fal Aham Tsummal Anfa’ Fal Anfa’ adalah mendahulukan yang paling penting, kemudian yang paling besar manfa’atnya. Ketika memberikan hak-hak yang tidak mungkin bisa dilakukan bersamaan, maka hendaknya mendahulukan yang lebih aham (lebih penting). Jika sama-sama pentingnya, maka didahulukan yang lebih banyak manfa’atnya; yaitu manfa’at menurut Alloh, Rosul SAW, manusia dan seluruh makhluk; manfa’at agama, dunia maupun akhirat.




Rabu, 29 Juni 2011

Ajaran Wahidiyah



Bismillahir Rahmaanir Rahiim
Tujuan pokok perjuangan Wahidiyah adalah mengajak ummat masyarakat untuk segera kembali sadar dan mengabdikan diri kepada Alloh Subhanahu Wata’ala dengan mengikuti dan menyadari kepada Junjungan kita Rosululloh Shollalloohu ‘alaihi wasallam syar’an wahaqiqotan, zhohiron wabathinan. Hal ini sesuai dengan yang senantiasa dikumandangkan suatu panggilan “FAFIRRUU ILALLOOH” (Larilah kembali kepada Alloh).

Ajakan tersebut tidak hanya dengan bentuk ajakan yang bersifat informatif seperti hanya penyampaian amalan, ajaran atau bimbingan saja, akan tetapi juga dengan bentuk pembimbingan praktis. Misalnya tekanan-tekanan tentang penerepan ikhlash LILLAH, iman / tauhid BILLAH, ittiba’ kepada Rosululloh Shollalloohu ‘alaihi wasallam (LIRROSUL), dan kepercayaan serta rasa penerimaan jasa dari Beliau Shollalloohu ‘alaihi wasallam (BIRROSUL) sangat diperhatikan. Tekanan terhadap penerapan tauhid BILLAH di sini tidak berarti memberi kelonggaran dalam pelaksanaan syari’at atau amaliah lahiriah. Karena penerapan LILLAH, LIRROSUL dan seterusnya adalah pelaksanaan syari’at. Sangat tidak dibenarkan dalam Ajaran Wahidiyah seseorang yang beranggapan bahwa jika sudah menerapkan BILLAH (haqiqat) diperbolehkan meninggalkan syari’at.

Ajaran Wahidiyah bukan merupakan ajaran atau aliran baru yang menyimpang dari ajaran Islam; melainkan berupa bimbingan praktis yang dirumuskan dari Al-Qur’an dan Al-Hadits dalam melaksanakan tuntunan Rosululloh Shollalloohu 'alaihi wasallam. Meliputi bidang Iman, bidang Islam dan bidang Ihsan. Mencakup segi syari’ah, segi haqiqah dan segi akhlaq.

Sebelum kita membahas satu persatu pengertian dan bagaimana penerapan AJARAN WAHIDIYAH, marilah kita renungkan dan kita fikirkan lebih dahulu tentang fungsi manusia dihidupkan oleh ALLOH Subhanahu Wata’ala di dunia ini.
Kita perhatikan firman ALLOH Subhanahu Wata’ala : Artinya kurang lebih : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat : “Sesungguhnya AKU hendak menjadikan kholifah di muka bumi” (2- Al Baqoroh : 30)
Yang dimaksud “Kholifah” adalah Nabi Adam ‘Alaihissalam yang menurunkan seluruh ummat manusia. Jadi setiap manusia, sebagai keturunan Nabi Adam ‘Alaihissalam dengan sendirinya sebagai ahli warisnya dan sekaligus menjadi Kholifah ALLOH di muka bumi. Secara Adami berarti setiap manusia mempunyai tugas kewajiban dan tanggung jawab menjalankan kekholifahan. Sebagai Kholifah ALLOH di bumi ummat manusia diberi tugas mengatur kehidupan dunia ini agar menjadi kehidupan yang baik dan benar yang diridloi ALLOH Subhanahu Wata’ala
Di dalam menjalankan fungsinya sebagai Kholifah ALLOH di muka bumi, manusia tidak bebas begitu saja tanpa arah, melainkan harus mengikuti haluan garis besar dan tujuan pokok yang harus dituju. Antara lain seperti yang telah ditetapkan di dalam Al-Qur’an Surat no. 51 Adz- Dzaariaat Ayat 56 : Artinya kurang lebih : “Dan tiada AKU menciptakan jin dan manusia melain-kan agar supaya mereka beribadah mengabdikan diri kepada-KU” (51-Adz Dzaariyat : 56)

Jadi segala perbuatan dan tingkah laku manusia dalam segala keadaan, situasi dan kondisi yang bagaimanapun, hidup di dunia ini harus diarahkan untuk pengabdian diri (beribadah) kepada ALLOH Subhanahu Wata’ala semata-mata karena ALLOH (LILLAH) sebagai pelaksanaan tugas “LIYA’BUDUUNI”.
Shahabat Ibnu Abbas Radliyallohu ‘anhuma seorang mufassir Al Qur’an yang terkenal sejak zaman Rosululloh Shollalloohu 'alaihi wasallam, menafsirkan kalimat “Liya’buduuni” dalam ayat tersebut dengan “Liya’rifuuni”. Artinya agar supaya jin dan manusia ma’rifat, mengenal atau sadar kepada-KU (ALLOH). Menurut Syekh Al-Kalabi disebutkan dalam Tafsir Al-Qurthubi, “Liya’buduni” ditafsiri “Liyuwahhiduuni”. Artinya agar men-tauhid-kan (memahaesakan)_AKU. Dua penafsiran tersebut ada keterkaitan satu dengan yang lain. Untuk men-tauhid-kan Alloh Subhanahu Wata’ala harus mengenal-NYA lebih dulu. Mana mungkin seseorang men-tauhid-kan Alloh Subhanahu Wata’ala sebelum mengenal-NYA. Jadi segala hidup dan kehidupan manusia (dan jin) menurut tafsir ini harus sepenuhnya diarahkan atau sebagai sarana untuk ma’rifat atau mengenal ALLOH Subhanahu Wata’ala Sang Maha Pencipta sampai bisa menyadari, meyakini dan mengi’tikadkan dalam hati bahwa segala sesuatu yang tercipta adalah ALLOH Subhanahu Wata’ala Sang Maha Pencipta-lah yang menciptakannya, sehingga dalam hati mengakui dan merasa bahwa pada hikikatnya tiada daya dan kekuatan melainkan dari ALLOH Subhanahu Wata’ala. Dalam istilah lain senantiasa men-tauhidkan (memahaesakan) kepada ALLOH atau menerapkan BILLAH;

Begitu pula ummat manusia tidak mungkin bisa melaksanakan pengabdian diri kepada ALLOH (LILLAH) dan man-tauhid-kan BILLAH sesuai dengan ridlo-NYA tanpa adanya pembimbing. Maka untuk membimbingnya ALLOH Subhanahu Wata’ala memilih di antara hamba-hamba-NYA dijadikan Nabi Pemimpin ummat, dan diantara Nabi-Nabi ada yang ditetapkan sebagai Rosul Utusan-NYA dengan dibekali Kitab Suci sebagai tuntunan hidup bagi ummat manusia. Nabi dan Utusan ALLOH Subhanahu Wata’ala yang terakhir adalah Junjungan kita Nabi Besar Muhammad Rosululloh Shollalloohu 'alaihi wasallam dengan Kitab Suci Al-Qur’an sebagai pedoman dan tuntunan hidup manusia sampai akhir zaman / Yaumil qiyaamah.
    Dengan diutusnya Beliau Shollalloohu 'alaihi wasallam ummat manusia diwajibkan menyaksikan bahwa Beliau Shollalloohu 'alaihi wasallam sebagai Utusan Alloh dan mentaati atas perintah-perintahnya. Dalam pelaksanaan taat kepada Beliau disamping pelaksanaan amaliah lahiriyah tidak kalah pentingnya penataan niat / tujuan dalam batin / hati. Yakni dalam pelaksanaan taat secara lahiriyah disamping didasari ibadah semata-mata karena ALLOH (LILLAH) juga harus disertai tujuan mengikuti / mentaati Rosululloh (LIRROSUL). Penerapan seperti inilah yang dibimbingkan pula dalam Ajaran Wahidiyah.

Jasa seseorang tidak boleh diabaikan / dilupakan, melainkan harus diakuinya dan disyukuri, baik dengan ucapan dan perbuatan maupun dengan pengakuan / perasaan batin. Lebih-lebih jasa atas diperolehnya suatu ni’mat dan anugerah yang amat besar nilainya. Yakni karunia iman dan islam. Padahal dari sekian makhluq yang ada di alam ini tiada satupun yang berjasa kepada kita manusia melebihi jasa Rosululloh Shollalloohu 'alaihi wasallam yang “rahmatan lil’alamiin”. Tiada satupun amal kebaikan yang terlepas dari jasa Beliau Shollalloohu 'alaihi wasallam. Untuk itu setiap kita melakukan amal kebaikan seharusnya tidak melupakan jasa Beliau , bahkan harus selalu merasa bahwa segala kebaikan yang kita lakukan dan kita terima atas jasa Beliau Shollalloohu 'alaihi wasallam. Istilah Wahidiyah selalu menerapkan BIRROSUL.

Tiada seorang pun yang hidup di alam ini yang tidak memerlukan atau tidak berhubungan pihak lain. Kelahirannya saja di alam fana ini sudah memerlukan banyak pihak. Setiap ada hubungan dengan pihak lain di situ pasti timbul dengan sendirinya suatu hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Penyimpangan dan penyalahgunaan dalam pemenuhan hak dan kewajiban adalah suatu kezhaliman. Kezhaliman yang dilakukan oleh seseorang akan mengakibatkan gelapnya hati dan penghalangnya pintu kesadaran, keimanan, ketaqwaan kepada Dzat Maha Suci serta akan memperberat tuntutan di alam baqa’ nanti. Dalam Wahidiyah diberi bimbingan secara garis besar tentang kewajiban pemenuhan hak terhadap pihak lain yang diistilahkan dengan YUKTII KULLA DZII HAQQIN HAQQOH (memberikan suatu hak kepada yang berhak menerimanya) dengan prinsip TAQDIIMUL AHAM FAL-AHAM TSUMMAL-ANFA’FAL-ANFA’ (mendahulukan sesuatu yang lebih penting (aham) dan yang lebih besar manfa’atnya (anfa’)).

Penjelasan tentang apa yang diuraikan dalam muqaddimah ini Insya Alloh akan dibahas lebih luas di bawan ini. Mudah-mudahan bermanfa’at dan diriloinya fid-diini wad-dun-ya wal-akhirah. Amiin. 

DEFINISI (TA’RIF) AJARAN WAHIDIYAH;

    Yang dimaksud dengan AJARAN WAHIDIYAH adalah : BIMBINGAN PRAKTIS LAHIRIYAH DAN BATINIYAH DI DALAM MENGAMALKAN DAN MENERAPKAN TUNTUNAN ROSULULLOH, Shollalloohu 'alaihi wasallam MENCAKUP BIDANG SYARI’AT, BIDANG HAQIQAT, MELIPUTI PENERAPAN IMAN, PELAKSANAAN ISLAM, PERWUJUDAN IHSAN DAN PEMBENTUKAN AKHLAQUL KARIMAH.
Peningkatan iman menuju kesadaran atau ma’rifat kepada ALLOH Subhanahu Wata’ala
Pelaksanaan Islam sebagai realisasi dari ketaqwaan terhadap ALLOH Subhanahu Wata’ala, Tuhan Yang Maha Esa.
Perwujudan Ihsan sebagai manifestasi dari iman, Islam yang kamil (sempurna). Pembentukan moral / akhlaq untuk mewujudkan akhlaqul karimah.
Bimbingan praktis lahiriyah dan batiniyah di dalam memanfa’atkan potensi lahiriyah yang ditunjang oleh pendayagunaan potensi batiniyah/spiritual yang seimbang dan serasi.
    Jadi bimbingan praktis tersebut meliputi segala bentuk kegiatan hidup dalam hubungan manusia dengan ALLOH Subhanahu Wata’ala (HABLUM MINALLOH), hubungan manusia dalam kehidupan bermasyarakat sebagai insan sosial (HABLUN MINAN-NAAS), hubungan insan dengan keluarga, rumah tangga, dengan bangsa, negara dan agama, dengan sesama ummat manusia segala bangsa serta hubungan manusia dengan segala makhluq di lingkungan hidup pada umumnya.
Sumber dasar hukum Ajaran Wahidiyah adalah : AL-QUR’AN DAN SUNNAH ROSULULLOH Shollalloohu 'alaihi wasallam
Pokok - pokok atau rumusan Ajaran Wahidiyah sebagaimana termaktub dalam Lembaran Sholawat Waghidiyah adalah :
“LILLAH - BILLAH, LIRROSUL- BIRROSUL, YUKTII KULLA DZII HAQQIN HAQQOH, dengan prinsip TAQDIIMUL AHAM FAL-AHAM TSUMMAL-ANFA’ FAL-ANFA’.
LILLAH
PENGERTIAN DAN PENERAPAN LILLAH
    Segala amal perbuatan apa saja, baik yang berhubungan langsung kepada Alloh dan Rosul-NYA, Shollalloohu 'alaihi wasallam maupun yang berhubungan dengan masyarakat, dengan sesama makhluq pada umumnya, baik yang wajib, yang sunnah maupun yang wenang, asal bukan perbuatan yang merugikan / bukan perbuatan yang tidak diridloi Alloh, melaksanakannya supaya didasari niat dan tujuan hanya mengabdikan diri kepada Alloh Tuhan Yang Maha Esa dengan IKHLAS tanpa pamrih ! (LILLAHI TA’ALA).
    Penerapan “LILLAH” umumnya ulama’ menyebutnya “IKHLASH”. Jika disatukan menjadi “Ikhlas Lillah”. Umumnya Ulama mengambil kalimat yang depan yakni IKHLAS dan istilah Wahidiyah mengambil yang belakang, yakni “LILLAH” dengan maksud agar lebih mengarah kepada tujuan yang pokok. Karena kalimat ikhlas sudah tercampur dengan pengertian “rela” atau “senang”. Seperti ucapan “saya ikhlas memberikan sesuatu kepada kekasihku”. Ucapan ini belum pasti didasari tujuan semata-mata karena Alloh (Lillah). Kemungkinan besar karena kekasihnya dia rela memberikan sesuatu. Berarti pemberiannya itu karena kekasih (Lil-kekasih) belum karena Alloh (Lillah). Akan tetapi jika ucapannya “saya memberi seseuatu kepada kekasihku dengan LILLAH, berarti pemberiannya itu didasari ikhlas karena Alloh (LILLAH). Selain itu dengan ucapan LILLAH sekaligus berdzikir kepada ALLOH.
BILLAH
PENGERTIAN DAN PENERAPAN BILLAH
Penerapan BILLAH artinya, di dalam segala perbuatan dan gerak gerik lahir maupun batin, di manapun dan kapan saja, supaya hati kita senantiasa merasa dan beri’tikad bahwa yang menciptakan dan menitahkan itu semua adalah ALLAH (Subhanahu wata’ala) Tuhan Maha Pencipta. Jangan sekali-kali mengaku atau merasa mempunyai kekuatan dan kemampuan sendiri tanpa dititahkan oleh Allah (Subhanahu wata’ala)! Jadi mudahnya hati selalu menerapkan kandungan ma’na dari : “LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAAH”. “Tiada daya dan kekuatan melainkan atas titah Allah ; Billah”. Dan menerapkan firman Allah yang artinya : “Dan ALLOH-lah yang menciptakan kamu sekalian dan apa saja yang kamu sekalian perbuat”. (Q.S. 37- As- Shoffat : 96). “Dan kamu sekalian tidak dapat menghendaki (tidak dapat berkehendak) melainkan apabila dikehendaki Allah Tuhan semesta alam (Q.S. 81 - At-Takwir : 29)
Jelasnya, di dalam kita melihat, mendengar, merasa, menemukan, bergerak, berdiam, berangan-angan, berfikir dan sebagainya, supaya hati selalu sadar dan merasa bahwa pada hakikatnya yang menggerakkan /yang menitahkan itu semua adalah Allah (Subhanahu wata’ala). Merasa BILLAH. Semuanya BILLAH. Tidak ada sesuatu yang tidak BILLAH. Ini harus kita rasa di dalam hati. Tidak cukup hanya pengertian dalam otak. Bukan sekedar pengertian ilmiah saja. Kita membaca ini, kita memahami ini - BILLAH. Tulisan yang anda baca inipun BILLAH. Diri kitapun BILLAH. Mari terus merasa begitu. Merasa bahwa segala sesuatu pada hakikatnya adalah tidak lepas dari ciptaan, kehendak dan kekuasaan Alloh (BILLAH).
LIRROSUL
PENGERTIAN DAN PENERAPAN LIRROSUL
      Segala amal ibadah atau perbuatan apa saja, asal tidak melanggar syariat Rosul, disamping disertai niat LILLAH seperti di atas, supaya juga disertai dengan niat “mengikuti tuntunan Rosululloh (Shollalloohu ‘alaihi wasallam)!” Jadi dalam segala hal perbuatan apa saja asal tidak melanggar Syariat Islam, niatnya harus dobel. Ya’ni niat LILLAH dan niat LIRROSUL.
Dengan tambahan niat LIRROSUL disamping niat LILLAH seperti itu, nilai kemurnian ikhlas semakin bertambah bersih. Tidak mudah diridu / digoda oleh iblis, tidak gampang disalahgunakan oleh kepentingan nafsu. Disamping itu penerapan LIRROSUL juga merupakan di antara cara Ta’aluq Bijanaabihi (Shollalloohu ‘alaihi wasallam) - berhubungan atau berkonsultasi batin dengan Baginda Nabi (Shollalloohu ‘alaihi wasallam). Dengan menerapkan LIRROSUL disamping LILLAH secara terus-menerus Insya ALLOH lama-kelamaan hati dikaruniai suasana seperti mengikuti Rosululloh (Shollalloohu ‘alaihi wasallam) atau seperti ber-sama-sama dengan Rosululloh (Shollalloohu ‘alaihi wasallam) di mana saja kita berada terutama ketika menjalankan amal-amal ibadah apa saja. Dengan demikian situasi batin kita benar-benar dapat menduduki hakikatnya mengikuti atau mangikuti secara hakiki seperti sudah kita bahas di muka : HAQIIQOTUL MUTAABA’ATI RUKYA-TUL MATBUU’I‘INDA KULLI SYAI-IN = mengikuti yang haqiqi harus melihat kepada yang diikuti pada segala keadaan, segala situasi dan kondisi.
BIRROSUL
PENGERTIAN DAN PENERAPAN LIRROSUL
Penerapan BIRROSUL adalah : disamping sadar BILLAH seperti di atas, supaya juga sadar dan merasa (rumongso lan kroso - bahasa Jawa) bahwa segala sesuatu termasuk diri kita dan gerak gerik diri kita lahir maupun batin yang diridloi ALLOH, adalah sebab jasa Rosululloh (Shollalloohu ‘alaihi wasallam).
Jadi, dalam segala langkah dan gerak-gerik kita lahir maupun batin yang bagaimanapun saja asal tidak melang-gar syari’at Rosul (Shollalloohu ‘alaihi wasallam), hati kita harus merasa menerima jasa dari Rosululloh (Shollalloohu ‘alaihi wasallam). Jasa tersebut terus mengalir berkesinambungan tiada putus-putusnya. Jika dihindari sekejap saja oleh jasa Rosululloh (Shollalloohu ‘alaihi wasallam) kita tidak dapat berbuat apa-apa. Bahkan wujud kitapun jika dihindari oleh jasa Rosululloh (Shollalloohu ‘alaihi wasallam) menjadi ‘adam seketika.
Jadi penerapan BIRROSUL itu seperti BILLAH akan tetapi terbatas, tidak mutlak seperti BILLAH. Terbatas hanya dalam hal-hal yang diridloi ALLOH WA ROSUULIHI (Shollalloohu ‘alaihi wasallam). Maka ketika melakukan ma’siat misalnya, tidak boleh merasa BIR-ROSUL. Akan tetapi merasa harus tetap BILLAH. Pembatasan tersebut adalah mengisi bidang adab. Dan kita harus menempatkan segala sesuatu pada kedudukan atau proporsi yang sebenarnya. Bidang syari’at harus kita isi sepenuh-penuhnya dan setepat mungkin, dan bidang haqiqot juga harus kita terapkan setepat mungkin. Begitu juga bidang adab harus kita isi setepat-tepatnya, tidak boleh kita abaikan ! Langit bumi seisinya ini, termasuk manusia, adalah rahmat kasih dari ALLOH. Dan rahmat kasih tersebut disalurkan melalui Rosululloh (Shollalloohu ‘alaihi wasallam) sebagaimana firman-NYA :
YUKTII KULLA DZII HAQQIN HAQQOH
Pengertiannya : Mengisi dan memenuhi segala bidang kewajiban. Melak-sanakan kewajiban di segala bidang tanpa menuntut hak. Baik kewajiban-kewajiban terhadap Alloh Ta'ala dan Rosululloh (Shollalloohu ‘alaihi wasallam), maupun kewajiban-kewajiban yang berhubungan dengan masyarakat di segala bidang dan terhadap makhluk pada umumnya.
Rosululloh (Shollalloohu ‘alaihi wasallam), bersabda :
“Sesungguhnya Alloh itu selalu memberikan hak kepada yang yang punya hak”. (HR. Ibnu majah dari Anas, dengan sanad shoheh).
TAQDIIMUL AHAM FAL-AHAM TSUMMAL-ANFA' FAL-ANFA
Di dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagaimana dalam penerapan Yuktii … di atas supaya mendahulukan yang lebih penting (AHAMMU). Jika sama-sama pentingnya supaya dipilih yang lebih besar manfa’atnya (ANFA’U). Hal-hal yang yang berhubungan kepada Alloh, Subhanahu Wata'ala, Wa Rosululloh, (Shollalloohu ‘alaihi wasallam), terutama yang wajib, pada umumnya harus dipandang “AHAMMU” (lebih penting). Dan hal-hal yang manfaatnya dirasakan juga oleh orang lain atau ummat dan masyarakat pada umumnya harus dipandang “ANFA’U” (lebih bermanfaat).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SHOLAWAT WAHIDIYAH




SHOLAWAT WAHIDIYAH BERFAEDAH MENJERNIHKAN HATI DAN
MA'RIFAT BILLAH wa ROSUULIHI SAW.





ILAA HADLROTI SAYYIDINAA MUHAMMADIN SHOLLALLOOHU'ALAIHI WASSALAM, ALFAATIHAH ! (membaca Surat Fatihah 7x)
Di hadiyahkan ke haribaan Junjungan kami Kanjeng Nabi Besar Muhammad Shollallohu ‘alaihi Wasallam. Al-Fatihah

WA ILAA HADLROTI GHOUTSI HAADAZ-ZAMAN WAA'AWAANIHI WASAAAIRI AULIYAAILLAAHI RODLIYALLOOHU TA'AALA ‘ANHUM ALFAATIHAH ! (membaca Surat Fatihah 7x)
Dan di hadiyahkan ke pangkuan Ghoutsi Hadhazzaman, Para Pembantu Beliau dan segenap Kekasih ALLOH, Rodiyallohu ta’alaa Anhum. Al-Fatihah



ALLOOHUMMA YAA WAAHIDU YAA AHAD, YAA WAAJIDU YAA JAWAAD, SHOLLI WASALLIM WABAARIK ‘ALAASAYYIDINAA MUHAMMADIW-WA'ALAA AALI SAYYIDINAA MUHAMMAD. FII KULLI LAMHATIW WA NAFASIM BI'ADADI MA'LUMAATILLAAHI, WA FUYU DHOTIHI WA AMDAADIH. .......(100X)
Yaa Alloh, Yaa Tuhan Maha Esa, Yaa Tuhan Maha Satu, Yaa Tuhan Maha Menemukan, Yaa Tuhan Maha Pelimpah, limpahkanlah sholawat salam barokah atas junjungan kami Kanjeng Nabi Muhammad dan atas keluarga Kanjeng Nabi Muhammad pada setiap kedipnya mata dan naik turunnya napas sebanyak bilangan segala yang Alloh Maha Mengetahui dan sebanyak kelimpahan pemberian dan kelestarian pemeliharaan Alloh.



ALLOOHUMMA KAMAA ANTA AHLUH; SHOLLI WASALLIM WABAARIK ‘ALAASAYYIDINAA WAMAULAANAA,WASYAFII'INAA,WAHABIIBINAA,WAQURROTI A'YUNINAA MUHAMMADIN SHOLLALLOOHU'ALAIHI WASALLAMA KAMAA HUWA AHLUH; NAS-ALUKALLOOHUMMA BIHAQQIHI AN TUGHRIQONAA FII LUJJATI BAHRIL WAHDAH; HATTAA LAA NAROO WALAA NASMA'A, WALAA NAJIDA WALAA NUHISSA, WALAA NATAHARROKA WALAA NASKUNA ILLAA BIHAA; WATARZUQONAA TAMAAMA MAGHFIROTIKA YAA ALLOH, WATAMAAMA NI'MATIKA YAA ALLOH, WATAMAAMA MA'RIFATIKA YAA ALLOH, WATAMAAMA MAHABBATIKA YAA ALLOH, WATAMAAMA RIDLWANIKA YAA ALLOH; WASHOLLI WASALLIM WABAARIK ‘ALAIHI WA'ALAA AALIHI WASHOHBIH. ‘ADADAMAA AHAATHOBIHII ‘ILMUKA WAAHSHOOHU KITAABUK; BIROHMATIKA YAA ARHAMAR-ROOHIMIIN, WALHAMDU LILLAAHI ROBBIL'AALAMIIN............. (7X)
Yaa Alloh, sebagaimana keahlian ada pada-MU, limpahkanlah sholawat salam barokah atas Junjungan kami, Pemimpin kami, Pemberi Syafa’at kami, Kecintaan kami, dan Buah jantung hati kami Kamjeng Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi WaSallam yang sepadan dengan keahlian Beliau, kami bermohon kepada-MU Yaa Alloh, dengan hak kemuliaan Beliau, tenggelamkanlah kami didalam pusat dasar samudra ke-Esaan-MU sedemikian rupa sehingga tiada kami melihat dan mendengar, tiada kami menemukan dan merasa, dan tiada kami bergerak maupun berdiam, melainkan senantiasa merasa didalam samudra Tauhid-MU dan kami bermohon kepada-MU Yaa Alloh, limpahilah kami ampunan-MU yang sempurna Yaa Alloh, ni’mat karunia-MU yang sempurna Yaa Alloh, sadar ma’rifat kepada-MU yang sempurna Yaa Alloh, cinta kepad-MU dan menjadi kecintaan-MU yang sempurna Yaa Alloh, ridho kepada-MU dan memperoleh ridho-MU pula yang sempurna Yaa Alloh. Dan sekali lagi Yaa Alloh, limpahkanlah sholawat salan dn barokah atas Beliau Kanjeng Nabi dan atas keluarga dan sahabat Beliau sebanyak bilangan segala yang diliputi oleh Ilmu-MU dan termuat di dalam Kitab-MU, dengan Rahmat-MU Yaa Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dan segala puji bagi Alloh Tuhan seru sekalian alam.



YAA SYAFI'AL-KHOLQISH-SHOLAATU WASSALAAM " ‘ALAIKA NUUROL KHOLQI HAADIYAL ANAAM
WA ASHLAHUU WA RUUHAHU ADRIKNII " FAQODH DHOLAMTU ABADAW-WAROBBINII
WA LAISA LII YAA SAYYIDII SIWAAKA " FA-IN TARUDDA KUNTU SYAKHSON HAALIKAA .......(3x)
Duhai Kanjeng Nabi pemberi Syafa’at makhluq Kepangkuan-MU sholawat dan salam kusanjungkan ¨ Duhai Nur cahaya makhluq , pembimbing manusia ¨ Duhai unsur dan jiwa makhluq,bimbing dan didiklah diriku ¨ Maka sungguh aku manusia yang dholim selalu ¨ tiada arti diriku tanpa engkau Duhai Yaa Sayyidii ¨ jika engkau hindari aku (akibat keterlaluan berlarut-larutku), pastilah ‘ku ‘kan hancur binasa.



YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !....... (7x)
Duhai Pemimpinku, Duhai Utusan Alloh



YAA AYYUHAL-GHOUTSU SALAAMULLOOH " ‘ALAIKA ROBBINII BI-IDZNILLAAH
WANDHUR ILAYYA SAYYIDII BINADHROH " MUUSHILATIL-LIL-HADLROTIL'ALIYYAH....... (3x)
Duhai Ghoutsu Hadhaz Zaman, kepangkuan-MU salam Alloh kuhaturkan ¨ Bimbing dan didiklah diriku dengan izin Alloh ¨ dan arahkan pancaran sinar Nadroh-MU kepadaku Duhai Yaa Sayyidii ¨ radiasi batin yang mewusulkan aku sadar kehadirat Maha Luhur Tuhanku

YAA SYAAFI'AL-KHOLQI HABIIBALLOOHI " SHOLAATUHUU'ALAIKA MA'SALAAMIHII,
DHOLLAT WA DHOLLAT HIILATII FII BALDATII " KHUDZ BIYADII YAA SAYYIDII WAL UMMATII ....... (3x)



YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !....... (7x)
Duhai Pemimpinku, Duhai Utusan Alloh


YAA ROBBANALLOOHUMMA SHOLLI SALLIMI " ‘ALAA MUHAMMADIN SYAFII'IL UMAMI,
WAL-AALI WAJ-‘ALIL ANAAMA MUSRI'IIN " BIL-WAAHIDIYYATI LIROBBIL-‘AALAMIIN
YAA ROBBANAGH-FIR YASSAIR IFTAH WAHDINAA " QORRIB WA-ALLIF BAINANAA YAA ROBBANAA....... (3x)
Yaa Tuhan kami Yaa Alloh, limpahkanlah Sholawat dan Salam ¨ atas Kanjeng Nabi Muhammad pemberi Syafa’at ummat ¨ dan atas keluarga Beliau, dan jadikanlah ummat manusia cepat-cepat lari, ¨ lari kembali mengabdikan diri dan sadar kepada Tuhan Semesta alam, ¨ Yaa Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami, permudahkanlah segala urusan kami, bukalah hati dan jalan kami, dan tunjukilah kami ¨ , pereratlah persaudaraan dan persatuan diantara kami, Yaa Tuhan kami.


ALLOOHUMMA BAARIK FIIMAA KHOLAQTA WAHAADZIHIL BALDAH YAA ALLOH, WA FII HAADZIHIL MUJAAHADAH YAA ALLOH !....... (7X)
Yaa Alloh limpahkanlah berkah didalam segala makhluq yang engkau ciptakan, dan didalam negri ini Yaa Alloh, dan didalam mujahadah ini Yaa Alloh


I S T I G H R O O Q ! ( Diam tidak membaca apa-apa, segenap perhatian lahir bathin, fikiran dan perasaan dipusatkan hanya kepada ALLOH! Tidak ada acara selain ALLOH ) ALFAATIHAH ! (1X) Kemudian berdo'a seperti di bawah ini


BISMILLAAHIR ROHMAANIR ROHIIM,

( ALLOOHUMMA BIHAQQISMIKAL A'DHOM WABIJAAHI SAYYIDINAA MUHAMMADIN SHOLLALLOHU ‘ALAIHI WASALLAM WABIBARAKATI GHOUTSI HADZAZ-ZAMAAN WA A'WAANIHI WA SAAIRI AULIYAAIKA YAA ALLOH, YAA ALLOH, YAA ALLOH, RODLIYALLOOHU TA'AALA'ANHUM 3X )
Dengan Nama Alloh Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang( Yaa Alloh, dengan hak kebesaran Asma-MU, dan dengan kemuliaan serta keagungan Kanjeng Nabi Mahammad Sollallohu ‘Alaihi WaSallam, dan dengan Barokahnya Ghoutsu Hadhaz Zaman wa A’wanihi serta segenap Auliya’ Kekasih-MU Yaa Alloh, Yaa Alloh Rodiyallohu Ta’ala Anhum

( BALLIGH JAMII'AL ‘ALAMIIN NIDAA-ANAA HAADZAA WAJ'AL FIIHI TAKTSIIROM-BALIIGHOO 3X )
Sampaikanlah seruan kami ini kepada jami’al Alamin dan letakkanlah kesan yang sangat mendalam


( FAINNAKA ‘ALAA KULLI SYAI-INGQODIIR WABIL IJABATI JADIIR 3X )
Maka sesungguhnya engkau Maha Kuasa berbuat segala sesuatu dan Maha Ahli memberi ijabah

FAFIRRUU ILALLOOH ! .......(7X) = Larilah kembali kepada Alloh !


WAQUL JAA-ALHAQQUWAZAHAQOL BAATHIL INNAL BAATHILA KAANA ZAHUUQOO !....... (3X)
Dan katakanlah (wahai Muhammad) perkara yang hak telah datang dan musnahlah perkara yang batal, sesungguhnya perkara yang batal itu pasti musnah.Al-Fatihah ( membaca surat Al-Fatihah satu kali )

FAFIRRUU ILALLOH dan WAQUL JAA-ALHAQQU… dibaca bersama-sama imam dan ma'mum. Maknanya : Larilah kembali kepada Alloh ! Dan semoga akhlaq=akhlaq batal yang rusak dan merusakkan segera diganti oleh Alloh dengan akhlaq yang baik dan yang menguntungkan! Kedua ajakan tersebut ditujukan kepada segenap masyarakat manusia dan jin seluruh dunia, terutama ditujukan kepada pribadi si pembaca sendiri!

A L F A A T I H A H (1X) S e l e s a i